Dari Blok M ke Kota, Suara Penolakan Warga soal Rencana Penghapusan Koridor 1 Transjakarta

Dari Blok M ke Kota, Suara Penolakan Warga soal Rencana Penghapusan Koridor 1 Transjakarta

JAKARTA, KOMPAS.com - Bus biru bertuliskan "Transjakarta" itu lengang penumpang ketika meninggalkan Terminal Blok M, Senin (23/12/2024) pagi. Hanya empat orang duduk tersebar di empat kursi.

Belum ada dua menit bus melaju, suara pemberitahuan muncul memecah keheningan, menginformasikan bahwa bus Transjakarta telah tiba di Halte ASEAN.

Tidak lama, suara gemuruh penumpang memasuki bus. Sekira 15 orang masuk ke bus yang mengarah ke Kota itu.

Hampir tiap-tiap dari mereka berbaju rapi, berkemeja, atau menggunakan jas formal berwarna hitam.

Lalu, bus kembali hening. Orang-orang yang tadinya sempat membuat ramai telinga kini telah sibuk dengan urusannya sendiri.

Beberapa masih mengerjakan urusannya melalui ponsel genggam, beberapa lainnya tertidur sembari memeluk tas di dada mereka.

Semakin mengarah ke Jalan Jenderal Sudirman, bus semakin sesak. Wajar saja, pagi itu adalah hari Senin pukul 07.47 WIB. Semua orang berlomba datang ke kantor sepagi mungkin.

Kedatangan penumpang di beberapa halte di Jalan Jenderal Sudirman juga diikuti dengan turunnya beberapa penumpang di halte itu. Dengan demikian, penumpang bus tetap ramai.

Semakin menuju halte tujuan di Kota, bus semakin sepi dengan orang-orang berbaju formal. Penumpang kebanyakan mengenakan pakaian lebih santai, kaus dan celana pendek, atau kaus berkerah dan bercelana panjang.

Hingga tiba di Halte Kali Besar atau Kota, semua penumpang turun. Hanya tersisa sekira empat hingga lima penumpang ketika tiba di halte tersebut.

Begitulah bus Transjakarta koridor 1 beroperasi setiap harinya. Ribuan penumpang bepergian menggunakan koridor itu setiap harinya.

Koridor 1 adalah koridor tertua sekaligus tersibuk bagi bus Transjakarta.

Di jam-jam sibuk, bus tampak sangat padat. Padahal, belasan bus dengan jalur serupa menunggu di belakang.

Kini, muncul rencana penghapusan koridor tersebut. Alasannya, karena bakal bersinggungan dengan jalur Moda Raya Terpadu (MRT) jalur Lebak Bulus menuju Kota yang kini tengah dalam pembangunan. 

Rencana itu menuai gejolak penolakan warga. Kepada pemerintah Jakarta, warga berharap rencana itu dikaji ulang.KOMPAS.com/ SHINTA DWI AYU Warga rela tarif Transjakarta naik dibanding rute Blok M-Kota dihapuskan.

Daud Kafi (20), pengguna Transjakarta, mengatakan, rencana penghapusan Transjakarta koridor 1 bakal memberatkan dirinya sebab mesti membayar beberapa kali lipat untuk MRT.

"Dompet saya udah kering kayaknya. Saya jujur lebih murah TJ (Transjakarta) karena kalau MRT kan kita enggak tahu ada tambahan tarif di setiap stasiun. Kalau TJ kan sama Rp 3.500 cukup," kata Daud saat ditemui di Blok M, Senin (23/12/2024).

Daud mengaku, dalam satu minggu, dia naik Transjakarta koridor 1 sebanyak tiga hingga lima kali.

Oleh karenanya, Daud berharap rencana tersebut urung direalisasikan. Dia berharap Transjakarta koridor 1 tetap beroperasi bersamaan dengan pengembangan MRT hingga Kota.

"Kalau kendaraan pribadi saya enggak ada sih. Paling MRT pakai jalan-jalan doang kalau memang sempat. Enggak mungkin setiap hari juga, tarifnya kan enggak sama kayak TJ," tambah dia.

Sementara itu, Edith Dwiranti (64) juga mengatakan hal serupa. Dia bilang, sebaiknya pemerintah tetap membuka opsi TJ koridor 1 dan MRT menuju Kota.

Pasalnya, dia mengatakan, tidak semua warga Jakarta dapat mengakses MRT.

"Alangkah baiknya ada TJ ada MRT juga. Jadi kan enggak terlalu, kalau saya pribadi lansia gratis ya, tapi masyarakat umum mungkin nominalnya agak lebih besar kali ya kalau naik MRT," kata dia.

Edith kerap diajak oleh cucunya menggunakan Transjakarta koridor 1 ke Jalan Jenderal Sudirman untuk menikmati car free day (CFD) pada hari Minggu. Selain praktis, Transjakarta juga dipilih karena tarifnya murah.

Senada dengan Edith, Hendri (59) berharap Transjakarta koridor 1 tetap beroperasi bersamaan dengan berjalannya MRT. Menurutnya, Transjakarta rute Blok M-Kota sangat ramai penumpang pada jam-jam kerja.

Dia ragu MRT bakal cukup untuk menampung para pekerja di Jakarta.

"Terus kalau lihat jumlah orang, apa iya. Sekarang kalau dari Lebak Bulus ke HI itu penuh. Jam setengah 8 saya lihat berdiri semua. Nah kalau itu busnya hilang, ke mana mereka? Apa iya MRT bisa nampung semua?" tanya dia.

Selain itu, menurutnya, tidak semua warga Jakarta dapat mengakses MRT untuk bepergian setiap hari. Dia membandingkan harga Transjakarta dengan MRT yang berbeda jauh.

"Saya kan enggak tahu juga, orang-orang yang kelas bawah, misal mau ke jalur MRT itu kayak, saya pernah lihat orang jual balon, kayaknya itu ditanya kalau dia pasti mungkin enggak mau MRT dan lebih milih busway atau TJ. Pasti dia merasa kehilangan," tambah dia.

Luthfia (27) hampir setiap hari menggunakan Transjakarta koridor 1. Bagi dia, integrasi antara MRT dan Transjakarta justru dibutuhkan untuk memudahkan masyarakat mengakses transportasi umum.

"Lebih baik tetep ada sih jalur Transjakarta maupun MRT ya karena kalau peak hour jam kerja itu pasti ramai ke arah Kota, Balai Kota, pada penuh di haltenya itu. Mending tetap ada alternatif selain TJ, ada MRT, saling melengkapi aja adanya transportasi integrasi itu," kata Luthfia saat ditemui, Senin (23/12/2024).

Alih-alih dihapus, menurut Luthfia, perlu ada peningkatan fasilitas untuk mendukung rencana transportasi terintegrasi.

"Menurutku sih perlu dikaji lagi ya, apalagi mereka menggaungkan transportasi integrasi, menurutku kenapa harus dihilangkan salah satunya? Padahal ini udah sesuai tujuannya pemerintah. Lebih baik meningkatkan fasilitasnya," tambah Luthfia.

Adapun Dinas Perhubungan (Dishub) Provinsi Jakarta mengungkapkan, rencana penghapusan rute Transjakarta yang bersinggungan dengan MRT bakal dilakukan pada 2029. 

Kepala Dinas Perhubungan Provinsi DKI Jakarta Syafrin Liputo menuturkan, langkah itu diambil supaya tidak terjadi tumpang tindih antarmoda transportasi umum.

"Contohnya untuk MRT Lebak Bulus sampai Kota (jika sudah) terbangun, maka untuk koridor satu Transjakarta dari Blok M sampai Kota itu nanti ditiadakan," kata Syafrin saat dikonfirmasi, Jumat (20/12/2024).

Syafrin menyebut, penghapusan bakal dilakukan setelah pengerjaan jalur MRT rute Lebak Bulus sampai Kota rampung.

"Memang sudah masuk dalam rencana induk transportasi Jakarta," ucapnya.

Dikonfirmasi terpisah, Departemen Humas dan CSR Transjakarta Ayu Wardhani mengatakan, Transjakarta bakal mengikuti keputusan Pemprov Jakarta terkait rencana itu.

"Pengoperasian transportasi publik di Jakarta merupakan kebijakan pemerintah provinsi. Tentunya kami tetap memperhatikan beberapa masukan dan saran para stakeholder, di antaranya adalah para pelanggan Transjakarta," ucap Ayu.

Sumber