Dari Commuter Line hingga Whoosh, KAI Layani 333 Juta Penumpang dan Bantu Turunkan Polusi Jabodetabek

Dari Commuter Line hingga Whoosh, KAI Layani 333 Juta Penumpang dan Bantu Turunkan Polusi Jabodetabek

KOMPAS.com – Sebanyak 333.371.342 penumpang telah menggunakan layanan transportasi kereta api di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek) sepanjang Januari hingga November 2024.

Capaian itu mencerminkan tingginya kepercayaan masyarakat terhadap moda transportasi massal yang ramah lingkungan, efisien, dan berkelanjutan yang dikelola oleh PT Kereta Api Indonesia (KAI) Group.

Dari 333.371.342 penumpang, Vice President Public Relations KAI Anne Purba merinci, Commuter Line menjadi pilihan utama masyarakat dengan jumlah 299.329.042 penumpang.

Sementara itu, layanan kereta jarak jauh dan lokal yang dioperasikan KAI Daerah Operasi 1 Jakarta melayani 9.714.046 penumpang.

Kemudian, LRT Jabodebek juga menjadi pilihan 18.891.719 penumpang sebagai solusi transportasi modern untuk mobilitas harian mereka.

“Selain itu, layanan Whoosh yang dikelola KCIC (Kereta Cepat Indonesia China) telah melayani 5.436.535 penumpang. Hal ini menandakan antusiasme masyarakat terhadap moda transportasi berkecepatan tinggi yang hadir pertama di Indonesia," kata Anne dalam rilis pers yang diterima Kompas.com, Sabtu (712/2024).

Tingginya angka penggunaan transportasi kereta api itu pun berkontribusi signifikan dalam mengurangi emisi karbon dan polusi udara di kawasan Jabodetabek.

Dalam beberapa hari terakhir, kualitas udara di wilayah ini bahkan mencapai level "bersih dan segar" dengan tingkat PM2.5 (partikel halus berdiameter kurang dari 2,5 mikrometer) di Jakarta turun hingga di bawah angka 10. Angka ini sebanding dengan kota-kota terbersih di dunia.

Adapun Situs IQAir pada Sabtu pagi mencatat Air Quality Index (AQI) Jakarta berada di angka 69 atau kategori "sedang".

Anne menjelaskan, perbaikan kualitas udara tidak hanya bergantung pada fenomena alam, tetapi juga peran aktif masyarakat dalam mendukung transportasi berkelanjutan.

Hal itu terlihat dari meningkatnya penggunaan moda transportasi kereta api yang berkontribusi signifikan dalam mengurangi emisi karbon dan polusi udara di Jabodetabek.

Ia mengatakan, efisiensi kereta api dalam mengurangi polusi terlihat dari kapasitasnya yang besar. Satu rangkaian kereta api jarak jauh yang terdiri dari 8-14 kereta dapat menampung hingga 1.120 penumpang. Angka ini setara dengan menggantikan 160 mobil atau 560 motor.

Untuk Commuter Line, satu rangkaian yang terdiri dari 8-12 kereta dengan kapasitas maksimal 3.000 penumpang mampu menggantikan penggunaan 428 mobil pribadi dan 1.500 motor.

Kementerian Perhubungan menyampaikan bahwa dalam perjalanan 200 mil, emisi yang dihasilkan mobil atau pesawat 5 kali lipat jika dibandingkan kereta api.

Temuan itu diperkuat oleh penelitian Departemen Bisnis, Energi, dan Strategi Industri Inggris via Our World in Data. Studi itu mengunkapkan bahwa emisi karbon dioksida (CO2) per penumpang per km pada kereta hanya 41 gram, jauh lebih rendah ketimbang sepeda motor (103 gram) dan mobil (192 gram).

Dengan hitungan tersebut, perjalanan kereta api hanya menghasilkan 45.920 gram CO2 per km, sedangkan motor mencapai 115.360 gram CO2 dan mobil 215.040 gram CO2.

Secara total, setiap hari penggunaan kereta api mengurangi sekitar 2.141 ton CO2 dan mencapai sekitar 780.528 ton CO2 dalam satu tahun.

"KAI Group terus berkomitmen untuk mendukung kebiasaan masyarakat beralih ke transportasi massal yang lebih ramah lingkungan. Upaya ini sejalan dengan tujuan kami menciptakan masa depan yang lebih berkelanjutan sekaligus mendukung salah satu pencapaian SDGs di Indonesia," kata Anne.

Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya menjaga lingkungan, Anne mengatakan, KAI Group optimistis dapat terus berkontribusi mengurangi polusi udara di wilayah perkotaan.

"Terima kasih atas kepercayaan para pengguna kereta api di Jabodetabek. Tidak hanya memilih moda transportasi yang efisien, Anda juga telah berkontribusi secara langsung dalam menciptakan kualitas udara yang jauh lebih baik bagi kita semua," ujar Anne.

Sumber