Daya Beli Lemah, Emiten Gokana Monsieur Spoon (ENAK) Raih Pendapatan Rp1,17 Triliun

Daya Beli Lemah, Emiten Gokana  Monsieur Spoon (ENAK) Raih Pendapatan Rp1,17 Triliun

Bisnis.com, JAKARTA - PT Champ Resto Indonesia Tbk. (ENAK), emiten pemilik resto Gokana hingga Monsieur Spoon, mampu mencatatkan pendapatan Rp1,17 triliun pada periode Januari-September 2024 di tengah isu daya beli masyarakat yang lemah.

Berdasarkan laporan keuangan ENAK, realisasi pendapatan perusahaan tersebut meningkat 12,76% secara tahunan (year-on-year/YoY), dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023, yang senilai Rp1,03 triliun.

Meningkatnya arus pendapatan berbanding lurus dengan kenaikan laba kotor perseroan pada sembilan bulan 2024 menjadi Rp746,26 miliar, meningkat 15,91% YoY.

Adapun, ENAK mampu menghimpun laba bersih sampai dengan Kuartal III-2024 sebesar Rp19,74 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 35,93% YoY. Pada periode yang sama pada 2023, laba bersih ENAK senilai Rp14,53 miliar.

Chief Operating Officer PT Champ Resto Indonesia Tbk., Hade Mboi mengatakan pendapatan perusahaan diperoleh dari omzet penjualan di seluruh gerai Raa Cha Suki & BBQ, Gokana Ramen & Teppan, Monsieur Spoon, Platinum, Croco, Dewata, Baso Malang Karapitan (BMK), Chopstix, dan GrillMan.

"Peningkatan kinerja tidak lepas dari pertumbuhan jumlah outlet perusahaan yang saat ini memiliki 327 outlet tersebuat di 15 provinsi di Indonesia,” kata Hade Mboi dalam keterangannya, Jumat (1/11/2024).

Dia menambahkan manajemen telah melakukan berbagai langkah untuk memastikan fondasi food & service quality meningkat serta melakukan pelatihan karyawan secara lebih intensif untuk meningkatkan kinerja perusahaan.

Selain itu, lanjutnya, manajemen bersama tim Operasional melakukan weekly sales meeting untuk memberikan dukungan kepada outlet yang akan memberikan kepuasan pelanggan.

Salah satunya adalah program tebar hadiah Rp1 miliar dalam rangka HUT ke-20 Gokana Ramen & Teppan, yang telah dikampanyekan awal September lalu, berhasil meningkatkan pendapatan.

“Selama periode sembilan bulan yang berakhir pada 30 September 2024, kami memang terus memperbaiki kinerja sehingga omzet penjualan meningkat," katanya.

Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat Indonesia mengalami deflasi selama lima bulan terakhir secara berurut-urut yaitu pada Mei (0,03%), Juni (0,08%), Juli (0,18%), Agustus (0,03%), dan September (0,12%). Angka deflasi yang terburuk sejak krisis moneter 1998 tersebut dikhawatirkan menimbulkan pelemahan daya beli masyarakat.

Sumber