Debat Anggaran Pembangunan Bandar Lampung, 2 Paslon Saling Julid
LAMPUNG, KOMPAS.com - Debat publik kedua untuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Bandar Lampung 2024 berlangsung dengan ketegangan tinggi, terutama saat membahas topik anggaran daerah.
Acara yang diselenggarakan di Ballroom Swiss-Belhotel Lampung pada Jumat (15/11/2024) tersebut menyaksikan interaksi yang tajam antara para calon.
Ketegangan ini semakin meningkat ketika sesi tanya jawab dimulai.
Calon wakil wali kota nomor urut 1, Aryodhia Febriansyah, mengajukan pertanyaan kepada pasangan calon nomor urut 2, Eva Dwiana dan Deddy Amarullah, terkait anggaran pembangunan.
"Pembangunan di Bandar Lampung terkendala anggaran, khususnya PAD (Pendapatan Asli Daerah) yang kecil. Bagaimana mengatasinya?" tanya Aryodhia.
Menanggapi pertanyaan tersebut, Eva Dwiana, yang merupakan petahana, memberikan jawaban dengan nada yang terdengar sinis.
"Kayaknya paslon nomor urut 1 harus kita ajak jalan-jalan di Bandar Lampung," kata Eva.
Eva menjelaskan, sebagai petahana, mereka telah berupaya melakukan banyak hal meskipun anggaran pembangunan terbatas.
"Karena saat ini kami sudah membangun GOR yang tadinya tidak ada. Kami sudah punya gedung pelayanan, supaya tidak susah-susah lagi. Dan pembangunan ini sudah kami lakukan," tambahnya.
Eva kemudian menekankan bahwa jika pasangan Eva-Deddy terpilih, mereka akan memberikan yang terbaik dalam berbagai aspek, antara lain pendidikan, pembangunan, UMKM.
Sementara itu, calon wali kota nomor urut 1, Reihana, menanggapi jawaban Eva dengan menyatakan bahwa perencanaan pembangunan harus dilakukan dengan teliti dan melibatkan semua pihak.
"Perencanaan pembangunan harus melibatkan semua pihak. Jangan lagi muncul program pembangunan yang tidak bersinergi dengan provinsi dan pusat," ungkap Reihana.
Reihana mengeklaim, masyarakat Bandar Lampung tidak puas dengan kinerja pasangan Eva-Deddy.
"Kalau memang sudah melaksanakan semua dengan baik, kenapa masyarakat menginginkan perubahan?" tanya Reihana dengan nada yang tidak kalah sinis.
Debat ini menunjukkan perbedaan pandangan yang mencolok antara kedua pasangan calon mengenai pengelolaan anggaran dan pembangunan di Bandar Lampung, menjelang pemilihan yang akan datang.