Debat Pilkada Bandar Lampung Memanas, 2 Paslon Saling Sentil soal Kemacetan

Debat Pilkada Bandar Lampung Memanas, 2 Paslon Saling Sentil soal Kemacetan

LAMPUNG, KOMPAS.com - Permasalahan kemacetan memicu debat sengit antara dua paslon wali kota-wakil wali kota Bandar Lampung.

Kedua paslon Pilwakot Bandar Lampung 2024 saling menyentil cara mereka mengatasi kemacetan di kota saat sesi saling bertanya, pada Senin (28/10/2024) malam.

Sesi ini dimulai dengan paslon nomor urut 2, Eva-Deddy, yang meminta penjelasan rivalnya mengenai cara mengatasi kemacetan di Bandar Lampung.

"Saya ingin bertanya, bagaimana cara paslon nomor 1 mengatasi kemacetan?" tanya Eva Dwiana.

Menanggapi pertanyaan tersebut, Reihana menjelaskan pentingnya memiliki jalan-jalan penyangga untuk mengatasi kemacetan.

"Kalau bicara tentang kemacetan, harus cari solusi jalan lain agar tidak macet di jalan utama," jawab Reihana.

Tensi semakin memanas ketika Reihana menyinggung tentang banyaknya jalan layang di Bandar Lampung.

Menurutnya, keberadaan jalan layang justru membuat kemacetan terjadi pada waktu-waktu tertentu.

"Banyaknya jembatan (jalan) layang itu, pada saat tertentu, justru menambah kemacetan," tambahnya.

Reihana kemudian mengusulkan solusi dengan mengurangi penggunaan kendaraan pribadi oleh masyarakat.

Dia menyebut akan mencontoh kota-kota luar negeri yang memiliki trem sebagai moda transportasi massal.

"Seorang pemimpin boleh dong punya angan-angan. Nanti akan ada trem yang bisa mengantar masyarakat ke kota penyangga dan di Bandar Lampung," kata Reihana.

 

Mendengar jawaban itu, petahana Eva sempat berseloroh bahwa paslon nomor urut 1 perlu menjelajahi kota terlebih dahulu.

"Kayaknya paslon nomor urut 1 ini harus jalan-jalan dulu ke Bandar Lampung," kata Eva.

Menurut Eva, jalan layang adalah kunci untuk mencegah kemacetan. "Flyover itu kunci utama untuk mencegah kemacetan," katanya.

Eva juga menyentil rencana Reihana untuk membuat transportasi massal berupa trem.

Dia mengatakan trem tidak cocok untuk wilayah Bandar Lampung.

"Tadi angan-angan ingin buat trem. Kontur wilayah Bandar Lampung ini pegunungan, Bu. Trem itu harus lurus. Mungkin Ibu kebanyakan ke luar negeri, kalau di Bandar Lampung ini bisa mundur keretanya," katanya.

Sumber