Debat Pilkada Lamandau: Paslon 2 Soroti Sepinya Pasar Tradisional
PALANGKA RAYA, KOMPAS.com - Dalam debat perdana Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Lamandau, pasangan calon (paslon) nomor urut 2, Rizky Aditya Putra-Abdul Hamid, menyoroti sepinya pasar-pasar tradisional di kabupaten tersebut.
Debat Pilkada Lamandau 2024 yang diputar di Metro TV, Minggu (3/11/2024) siang, menghadirkan dua paslon. Yaitu paslon nomor urut 1, Hendra Lesmana-Budiman, dan paslon nomor urut 2, Rizky Aditya Putra-Abdul Hamid.
Dalam debat tersebut, Calon Bupati (Cabup) nomor urut 2, Rizky Aditya Putra, menunjukkan foto-foto kondisi pasar tradisional di Lamandau yang sepi.
Gambar tersebut ia gunakan sebagai referensi saat moderator menanyakan tentang pertumbuhan ekonomi daerah.
“Ini kalau kita melihat di sini, beginilah kondisi pasar-pasar yang ada di kecamatan. Ini luar biasa, tidak ada aktivitas di Pasar Tapin Bini, Pasar Bulik Timur, dan pasar SKPE. Kami melihat masalah ekonomi di Lamandau ini terlalu banyak di daerah pedesaan,” ujar Rizky sambil menunjukkan gambar-gambar kondisi pasar yang sepi kepada audiens.
Rizky berjanji akan memperbaiki kondisi tersebut jika terpilih. Caranya dengan program-program konkret menyeluruh dan berdampak bagi kesejahteraan masyarakat Lamandau.
Pernyataan Rizky merupakan respons terhadap klaim calon petahana, cabup nomor urut 1, Hendra Lesmana, yang menyatakan pertumbuhan ekonomi di Lamandau dalam beberapa tahun terakhir, sejak pandemi, berada dalam kondisi baik.
“Pertumbuhan ekonomi kita dari masyarakat kecil, waktu pandemi kita melihat daya beli masyarakat lemah, namun pertumbuhan ekonomi kita cukup bagus,” ungkap Hendra.
Ia juga berjanji akan menjaga pertumbuhan ekonomi dan mengentaskan kemiskinan melalui program-program yang telah dirancang, termasuk memberikan bantuan sosial (bansos) kepada masyarakat miskin.
“Pertumbuhan ekonomi kita dari masyarakat kecil, waktu pandemi kita melihat daya beli masyarakat lemah, namun pertumbuhan ekonomi kita cukup bagus,” tambahnya.
Namun, Rizky menanggapi, untuk menilai pertumbuhan ekonomi daerah, tidak bisa hanya melihat dalam jangka waktu setahun atau dua tahun.
“Kita harus melihat dari 10 tahun ke belakang. Fondasi ekonomi yang kuat pasti menghasilkan indeks pertumbuhan ekonomi yang baik,” jelasnya.