Demi Hemat Energi, Mal di Ibu Kota Iran Harus Tutup Lebih Awal
Mal dan pusat-pusat perbelanjaan yang ada di Teheran, ibu kota Iran, akan membatasi jam buka mulai Selasa (17/12) waktu setempat. Sebagian besar mal dan pusat perbelanjaan itu akan tutup dua jam lebih awal dari biasanya untuk mengatasi kelangkaan energi yang parah di negara tersebut.
Krisis bahan bakar, seperti dilansir AFP, Selasa (17/12/2024), telah menyebabkan pemadaman listrik yang semakin sering dilakukan di wilayah Teheran dalam beberapa pekan terakhir. Situasi krisis itu juga memicu penutupan sekolah dan pusat bisnis secara nasional.
Serikat dan Persatuan Kamar Dagang Teheran, menurut pernyataan yang dikutip kantor berita ISNA, memutuskan bahwa mal dan pusat perbelanjaan akan tutup mulai pukul 20.00 waktu setempat, atau dua jam lebih awal daripada jam tutup sebelumnya pada pukul 22.00 waktu setempat.
Akan ada sanksi tegas bagi mal atau pusat perbelanjaan yang melanggar aturan terbaru itu.
"Jika mal gagal mematuhi keputusan terbaru, maka pasokan gas dan listrik mereka akan diputus dan mal tersebut akan ditutup," tegas kepala Serikat dan Persatuan Kamar Dagang Teheran, Hamidreza Rastegar, dalam pernyataannya dikutip televisi pemerintah Iran.
Tidak diketahui secara jelas berapa lama kebijakan baru ini akan berlaku.
Iran merupakan raksasa energi dan salah satu negara yang memiliki cadangan gas alam terbesar di dunia, namun negara itu terpaksa menjatah pasokan listrik di wilayahnya dalam beberapa pekan terakhir karena mengalami kekurangan gas dan bahan bakar untuk memenuhi kebutuhan pembangkit listriknya.
Simak berita selengkapnya di halaman selanjutnya.
Krisis energi ini terjadi ketika suhu di bawah nol derajat Celsius tercatat di seluruh wilayah Iran dalam beberapa hari terakhir.
Sekolah-sekolah dan kantor-kantor publik yang ada di lebih dari separuh dari total 31 provinsi di Iran terpaksa ditutup sementara sepanjang Selasa (17/12) waktu setempat. Penutupan ini sudah berlangsung selama tiga hari berturut-turut.
"Karena cuaca dingin dan demi mengatur konsumsi bahan bakar," demikian laporan kantor berita resmi IRNA menjelaskan alasan penutupan.
Presiden Masoud Pezeshkian, dalam pernyataan pada Senin (16/12) waktu setempat, menyesalkan konsumsi energi yang "sangat tinggi" di Iran.
"Kita mengonsumsi listrik dan gas sebesar dua hingga tiga kali lipat dibandingkan negara-negara Eropa," sebut Pezeshkian dalam pernyataannya seperti dikutip media pemerintah.
Pezeshkian mendorong masyarakat Iran untuk mengurangi ketergantungan pada pemanas rumah dan menyarankan penggunaan pakaian hangat sebagai alternatif saat cuaca dingin.