Dengan Kaki Palsu, Dokter Palestina Tetap Merawat Korban Perang di Gaza

Dengan Kaki Palsu, Dokter Palestina Tetap Merawat Korban Perang di Gaza

GAZA, KOMPAS.com - Meski harus berjalan dengan kaki palsu, dokter anak Palestina Khaled Al Saidani tetap merawat anak-anak yang menjadi korban perang di Gaza.

Dia merawat setiap pasiennya di Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa, menawarkan senyum hangat dan jabat tangan kepada anak-anak saat ia berpindah dari satu ke yang lain.

Ia tahu betul dampak yang menghancurkan dari luka yang diderita selama perang, setelah kehilangan kaki kanannya usai serangan udara Israel di rumahnya tahun lalu.

"Saya terluka oleh pecahan peluru, dan karena saya penderita diabetes, keadaan menjadi lebih buruk bagi saya, dan kami harus mengamputasi kaki saya," kata Saidani di rumah sakit di Gaza tengah, dikutip dari kantor berita AFP pada Minggu (12/1/2025).

"Prostesis (kaki palsu) itu melelahkan dan memiliki beberapa kelemahan, tetapi saya mampu bergerak dan berjalan," ujar dia sambil memeriksa seorang pasien.

Rumah Sakit Al Aqsa, khususnya bangsal umumnya, dipenuhi pasien dan keluarga mereka banyak yang menerima perawatan atas luka-luka akibat pemboman Israel.

Fasilitas medis tersebut terletak di Deir el-Balah, tempat pasukan Israel sering bentrok dengan anggota kelompok Hamas.

Diketahui, wilayah yang luas di sekitar Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa telah mengalami pertempuran sengit sejak perang dimulai.

Dalam beberapa bulan terakhir, pertempuran semakin intensif karena militer Israel memperluas serangannya, yang awalnya difokuskan pada wilayah utara Palestina.

Pada Rabu, Federasi Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit menyesalkan serangan berkelanjutan terhadap fasilitas kesehatan di seluruh Jalur Gaza, yang menurutnya menyebabkan orang-orang tidak dapat mengakses perawatan yang mereka butuhkan.

Militer Israel, yang telah berulang kali melakukan serangan mematikan di sekitar rumah sakit Gaza, mengeklaim bahwa fasilitas tersebut digunakan oleh Hamas untuk operasi melawan pasukan Israel.

Sebagian besar dari 36 rumah sakit di Jalur Gaza yang terkepung kini sudah tidak lagi beroperasi.

Rumah Sakit Al Shifa yang terbesar di wilayah itu, mengalami kerusakan parah dalam serangan militer Israel, dan sekarang hanya bangsal gawat daruratnya saja yang dibuka.

Sementara itu, dokter seperti Saidani terus memberikan perawatan semampu mereka kepada pasien yang terus membanjiri fasilitas yang hampir tidak berfungsi seperti Rumah Sakit Syuhada Al Aqsa.

"Meskipun kaki palsu membuat saya lelah, saya senang dan nyaman melakukan pekerjaan saya, itulah sebabnya saya memutuskan untuk kembali bekerja," tutur Saidani.

Keluarga pasien juga senang bahwa ia kembali.

Seorang perempuan yang anaknya sedang dirawat di rumah sakit mengatakan, putrinya menderita penyakit ginjal.

"Meskipun kakinya diamputasi, Dokter Khaled Al Saidani tetap menindaklanjuti pasiennya dan memberikan layanannya. Semoga Tuhan memberkati kerja kerasnya," ucap perempuan tersebut.

Sumber