Depresiasi Rupiah Tak Terbendung, Ada Potensi Menguat Akhir Tahun?

Depresiasi Rupiah Tak Terbendung, Ada Potensi Menguat Akhir Tahun?

Bisnis.com, JAKARTA — Depresiasi nilai tukar mata uang rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) terus berlanjut pekan ini. Bagaimana kemudian nasibnya pada pekan depan di tengah momen Natal dan tahun baru (Nataru)?

Berdasarkan data Bloomberg, nilai tukar rupiah ditutup menguat 0,56% atau 91 poin ke level Rp16.221,5 per dolar AS pada perdagangan Jumat (20/12/2024). 

Namun, rupiah masih mencatatkan pelemahan 1,74% dalam sepekan perdagangan atau dari 16 Desember 2024 sampai 20 Desember 2024 dan tertahan di atas level Rp16.000 per dolar AS. 

Direktur PT Laba Forexindo Berjangka Ibrahim Assuaibi memproyeksikan pada pekan depan masih sulit bangkit ke bawah Rp16.000. Pada Senin (23/12/2024), rupiah diproyeksikan bergerak fluktuatif namun ditutup melemah di rentang Rp16.210 - Rp16.270.

Terdapat sejumlah sentimen yang memengaruhi fluktuasi rupiah. Dari eksternal, The Fed menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin seperti yang diharapkan, namun masih mengisyaratkan akan mengambil jalur penurunan suku bunga yang lebih lambat, dengan hanya dua kali penurunan pada 2025. 

"Pasar sebenarnya mengharapkan empat kali penurunan," ujar Ibrahim dalam keterangan tertulis dikutip pada Minggu (22/12/2034).

Data produk domestik bruto (PDB) AS yang dirilis pada pekan ini semakin memperkuat prospek The Fed karena ekonomi AS tumbuh pada kecepatan yang tinggi pada kuartal III/2024.

Para investor pun kini tengah menantikan rilis data indeks harga PCE, ukuran inflasi pilihan The Fed untuk mendapatkan wawasan lebih jauh mengenai prospek ekonomi AS.

Dari sisi internal, Bank Indonesia (BI) menyampaikan pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap terjaga karena didukung oleh permintaan domestik serta investasi tumbuh positif pada kuartal akhir tahun ini. 

Konsumsi pemerintah lebih tinggi seiring dengan kenaikan aktivitas belanja pemerintah pada akhir tahun. Sementara, konsumsi rumah tangga diprakirakan tetap tumbuh didorong oleh keyakinan konsumen yang terjaga.

BI sendiri menyatakan akan terus melaksanakan intervensi pasar terutama usai rupiah terus tersungkur. Direktur Pengelolaan Moneter dan Aset Sekuritas BI Fitra Jusdiman menyatakan pihaknya terus memantau nilai tukar rupiah secara khusus dan mata uang negara lain secara umum. 

BI juga tidak pasif memantau pasar keuangan global. Oleh sebab itu, Fitra menyatakan BI selalu melakukan upaya stabilisasi secara terukur dan terus-menerus. "Antara lain melalui intervensi di spot, DNDF, dan pembelian SBN [Surat Berharga Negara] di pasar sekunder," ungkapnya kepada Bisnis, Kamis (19/12/2024).

Sumber