Dibayangi PPN 12% dan Opsen Pajak, Ini Siasat Astra (ASII) Dongkrak Cuan
Bisnis.com, JAKARTA — Emiten konglomerasi Grup Astra, PT Astra International Tbk. (ASII) menghadapi sejumlah tantangan bisnis pada tahun ini, seperti penerapan tarif pajak pertambahan nilai (PPN) 12% serta opsen pajak. ASII pun memiliki sederet siasat agar kinerja bisnis tetap melaju.
Head of Corporate Communications Astra Boy Kelana Soebroto mengatakan pada tahun ini penjualan terutama di segmen bisnis otomotif ASII diharapkan meningkat, minimal sama dengan tahun lalu, di tengah tantangan melemahnya daya beli dan ketidakpastian makro global.
Astra menilai pada tahun ini memang terdapat berbagai tantangan dalam mendongkrak kinerja. Pemerintah, misalnya, telah memutuskan untuk menaikan tarif PPN dari 11% ke 12%. Pemerintah memang memutuskan untuk menerapkan penyesuaian PPN itu hanya untuk barang mewah.
Adapun, mengacu ketentuan dari pemerintah, barang yang dikenakan PPN 12% adalah barang yang sudah terkena Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM), termasuk kendaraan bermotor.
Selain itu, terdapat pula penerapan opsen pajak daerah. Opsen pajak merupakan pungutan tambahan pajak menurut persentase tertentu, berdasarkan Undang-Undang No 1 Tahun 2022 tentang Hubungan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah (HKPD).
Nantinya pemerintah kabupaten atau kota memungut opsen dari Pajak Kendaraan Bermotor (PKB), Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB). Sementara itu, pemerintah provinsi dapat memungut opsen dari Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan (MBLB). Kebijakan tersebut berlaku pada 5 Januari 2025.
Oleh karena itu, ASII pun ancang-ancang siasat untuk tetap mendongkrak kinerja bisnis.
"Dinamika domestik seperti opsen dan kenaikan PPN menjadi 12%, serta situasi politik internasional dan ekonomi global perlu diwaspadai dan dicermati dari waktu ke waktu sebagai bahan evaluasi kami terhadap target ke depan," ujar Boy kepada Bisnis, Senin (6/1/2025).
Dia mengatakan untuk 2024, Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) telah memperkirakan pasar mobil secara wholesales sekitar 850.000 unit. Hingga November 2024, penjualan mobil sebanyak 785.000 unit.
"Jadi, harapan kami pada 2025 ini semoga akan ada katalis-katalis positif untuk menjaga tingkat daya beli masyarakat yang dapat membantu mendorong penjualan otomotif nasional," tutur Boy.
Sebelumnya, Head of Investor Relations ASII Tira Ardianti menjelaskan Astra memiliki sejumlah strategi agar bisnis tetap bertumbuh di tengah ragam tantangan.
Astra, misalnya, mengembangkan produk elektrifikasi, baik di kendaraan listrik (electric vehicle/EV) dan hybrid. Menurutnya, dengan kehadiran produk mobil listrik baru dari Astra itu, diharapkan jangkauan pasar Astra akan lebih luas lagi.
Apalagi, di tengah tantangan perpajakan, terdapat peluang bagi pelaku sektor otomotif seperti Astra dalam mendongkrak kinerja, salah satunya dari adanya insentif kendaraan listrik. Mengacu dokumen resmi Paket Kebijakan Ekonomi Kemenko Perekonomian, terdapat total kebutuhan anggaran untuk insentif kendaraan listrik pada 2025 yang diestimasikan sebesar Rp6,16 triliun.
Secara terperinci, untuk kebijakan Pajak Pertambahan Nilai Ditanggung Pemerintah (PPN DTP) kendaraan listrik membutuhkan anggaran sebesar Rp2,8 triliun. Selanjutnya, kebijakan Pajak Penjualan Barang Mewah Ditanggung Pemerintah (PPnBM DTP) mobil listrik membutuhkan anggaran sebesar Rp2,52 triliun.
Terakhir, kebijakan PPnBM DTP Kendaraan Bermotor Hybrid membutuhkan anggaran senilai Rp840 miliar.
"Selain itu, strategi penting adalah memberi tempat di hati konsumen, ditunjang layanan yang baik," tutur Tira pada beberapa waktu lalu.
Astra pun memberikan layanan yang lengkap dengan ekosistemnya, seperti pembiayaan yang juga ditunjang jaringan luas. "Kami yakin jaringan luas dekatkan kami dengan konsumen," ujarnya.
Kemudian, Astra mengandalkan ekosistem bisnisnya, seperti dengan adanya platform OLXmobbi. Layanan tersebut fokus pada bisnis layanan daring maupun luring jual beli mobil bekas yang berbasis teknologi serta one stop solution.
Tak hanya itu, pada tahun lalu, Astra juga masih bergeliat berinvestasi di segmen bisnis lainnya. ASII misalnya melalui anak usahanya PT Astra Sehat Nusantara mengakuisisi rumah sakit jantung Heartology Cardiovascular Hospital dengan nilai akuisisi mencapai Rp645 miliar.
Berdasarkan laporan keuangan, ASII masih mencatatkan laba bersih yang naik, meskipun tipis 0,63% secara tahunan (year on year/YoY) menjadi Rp25,85 triliun per kuartal III/2024. Pertumbuhan laba ASII itu sejalan dengan kinerja pendapatan bersih yang naik 2,24% YoY, menjadi sebesar Rp246,32 triliun per kuartal III/2024.