Dilema Pedagang Kantin Makin Sepi di Tengah Program MBG, Sudah Babak Belur sejak Pandemi
JAKARTA, KOMPAS.com - Setelah pandemi Covid-19 berakhir, ketakutan akan sepinya kantin-kantin sekolah kembali dirasakan oleh para pedagang kantin.
Salah satu pedagang di SDN 01 Bangka Pagi, Yuni (59), terlihat duduk termenung di bangku kantin pada pukul 09.00 WIB, Senin (13/1/2025).
Selasar kantin yang biasanya ramai kini sepi pengunjung.
Sementara suara riuh siswa-siswi memenuhi area di depan sekolah untuk mendapatkan makanan bergizi gratis (MBG) yang diberikan untuk pertama kalinya.
Biasanya, pada pukul 09.00 WIB adalah istirahat pertama para murid. Namun, empat lapak di kantin tersebut kompak tutup.
Para pedagang menyadari bahwa para murid tidak akan berbelanja makanan berat dari mereka.
Yuni, yang menjual nasi goreng dan soto, mengungkapkan kekhawatirannya.
Yuni dan pedagang lainnya berharap agar MBG dibagikan pada siang hari untuk mengurangi kerugian akibat penurunan permintaan.
Jika makan gratis diberikan pada pagi hari, kata Yuni, para murid tidak akan berbelanja ke lapaknya karena perutnya sudah kenyang. Mereka hanya akan membeli cemilan atau minuman manis.
Sementara itu, lapak Yuni tidak menyediakan itu karena telah bersepakat dengan pihak sekolah untuk menjual makanan berat.
Yuni juga mencatat penurunan penjualan karena siswa-siswi kini diwajibkan membawa bekal dari rumah sejak Covid-19 pernah melanda.
“Sekarang bener-bener jatuh, soalnya anak-anak sekarang pada bawa bekal,” tambahnya.
Senada dengan itu, Sri Herastuti (50), pedagang nasi ayam di sekolah yang sama, berharap pemberian makan bergizi gratis dilakukan pada siang hari.
“Kalau siang kan masih mending. Kan bisa pagi-pagi ke kantin dapat makan,” ungkapnya.
Sri juga menunjukkan kekhawatirannya terkait dampak program MBG terhadap penjualan makanan berat.
“Iya, paling nanti berharap bisa jual minuman kalau masih istirahat ke dua,” ujarnya.
Dari empat lapak yang berjualan, masing-masing telah menyepakati perjanjian untuk tidak menjual dagangan yang sama, sehingga baik Yuni maupun Sri meragukan dagangan mereka akan laku.
Hingga saat ini, belum ada diskusi dengan pihak sekolah mengenai keberlanjutan lapak mereka jika program MBG dijalankan secara rutin.
Yuni mengaku pihak sekolah meminta mereka untuk menunggu sambil mengobservasi program tersebut.
“Belum ada kesepakatan dari sekolah. Ditunda dulu kata sekolah, nanti gimana baru jalan apa enggak,” tambahnya.
Sri juga merasakan hal serupa, dan mengaku tidak membeli bahan makanan karena takut merugi.
“Ada kekhawatiran. Paling enggak kan otomatis sudah pasti pengaruh banget. Anak-anak dapat makan, enggak mungkin ke belakang. Paling beli minuman,” tuturnya.
Kepala SDN 01 Bangka Pagi, Agus Suwardi, menyatakan bahwa pihak sekolah akan mempertimbangkan saran pedagang kantin terkait waktu pembagian makan gratis.
“Karena ini launching pertama, jadi on time dulu. Nanti menunggu perkembangan selanjutnya,” katanya.
Agus menambahkan bahwa keputusan mengenai waktu pemberian makan bergizi gratis akan berada pada ranah kepala sekolah.
“Jika dirasa nanti, kami bisa menyesuaikan. Kepala satuan pendidikan yang bertanggung jawab untuk pelaksanaannya,” tutupnya.