Diterjang Banjir, Jembatan Penghubung 2 Desa di Kebumen Ambruk

Diterjang Banjir, Jembatan Penghubung 2 Desa di Kebumen Ambruk

KEBUMEN, KOMPAS.com – Hujan deras yang mengguyur Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, selama beberapa hari terakhir mengakibatkan banjir.

Salah satu dampaknya adalah ambruknya jembatan penghubung antara Desa Klepusanggar dan Desa Tanggeran di Kecamatan Sruweng pada Jumat (1/11/2024) sore, sekitar pukul 15.00 WIB.

Ambruknya jembatan sepanjang 12 meter ini mengakibatkan akses antara kedua desa terputus total.

Jembatan tersebut tidak mampu menahan derasnya arus Sungai Kejawang yang membawa serta puing-puing bambu, yang menghantam tiang jembatan dan menggerus pondasinya hingga sebagian jembatan ambruk.

Peristiwa tersebut terjadi di tengah hujan deras yang melanda hampir seluruh wilayah Kebumen.

Akibatnya, warga di Desa Klepusanggar dan Desa Tanggeran terpaksa mencari jalur alternatif yang lebih jauh untuk beraktivitas.

“Waktu itu hujan deras, kondisi air belum begitu deras, tetapi sudah ada penumpukan sampah di tengah jembatan. Ditambah lagi dorongan air yang kuat dan puing-puing bambu, akhirnya jembatan tidak kuat menahan arus yang lebih besar dan ambruk,” ungkap Gatot Supriyanto, salah seorang warga yang ditemui di lokasi pada Sabtu (2/11/2024).

Sekretaris Desa Klepusanggar, Dwi Susanto, menambahkan bahwa saat ini warga secara swadaya melakukan kerja bakti untuk membersihkan puing-puing bambu yang menghambat aliran sungai.

Kegiatan ini dilakukan sembari menunggu alat berat dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kebumen untuk membantu proses pembersihan.

“Warga saat ini melakukan kerja bakti pembersihan puing-puing bambu sambil menunggu alat berat dari BPBD,” kata Dwi Susanto.

Dwi juga menjelaskan bahwa jembatan yang dibangun sejak tahun 2009 tersebut merupakan akses utama bagi warga.

Tingginya volume air di sungai mengakibatkan tanggul tergerus dan fondasi jembatan ambruk, sehingga warga harus memutar untuk mencari jalan lain.

“Mohon kepada warga untuk tidak membuang sampah dan puing-puing bambu di sungai, karena dapat berakibat seperti ini,” tuturnya.

Sumber