Ditopang Stimulus Jumbo, PMI Manufaktur China Catat Ekspansi Pertama dalam 6 Bulan
Bisnis.com, JAKARTA — Indeks manufaktur China mencatatkan pertumbuhan pada Oktober 2024, atau pertama kalinya dalam enam bulan.
Hasil tersebut mendukung optimisme para pengambil kebijakan bahwa paket stimulus yang digelontorkan baru-baru dapat mengembalikan perekonomian negara nomor dua dunia itu ke jalurnya.
Mengutip Reuters pada Kamis (31/20/2024), purchasing managers index (PMI) manufaktur China naik menjadi 50,1 pada Oktober dari 49,8 pada bulan September. Catatan tersebut tepat di atas angka 50 yang memisahkan ekspansi dari kontraksi dan mengalahkan perkiraan median sebesar 49,9 dalam jajak pendapat Reuters.
Tanda yang lebih menggembirakan adalah PMI non-manufaktur, yang meliputi konstruksi dan jasa, naik menjadi 50,2 pada bulan ini, setelah turun menjadi 50,0 pada September 2024.
Para pengambil kebijakan yakin bahwa stimulus keuangan lebih lanjut yang diumumkan pada akhir September 2024 akan menstabilkan perekonomian China senilai US$19 triliun dan mengembalikan pinjaman dan investasi, karena penurunan tajam pasar properti dan lemahnya kepercayaan konsumen terus menghalangi investor.
Suasana di sektor manufaktur telah tertekan selama berbulan-bulan karena jatuhnya harga produsen dan berkurangnya pesanan. Selain itu, ekspor China, yang merupakan satu-satunya titik terang, melemah pada bulan lalu dan perekonomian tumbuh pada laju paling lambat sejak awal tahun 2023 pada kuartal ketiga.
Namun demikian, para pejabat secara terbuka optimis bahwa tahap dukungan kebijakan terbaru ini akan segera mulai terasa.
Ekonom China sebelumnya telah menunjukkan bagaimana survei berbasis sentimen sering kali memberikan gambaran yang lebih suram dibandingkan indikator data nyata. Dalam jajak pendapat tersebut, satu dari tiga responden memperkirakan aktivitas pabrik kembali mengalami ekspansi pada bulan ini.
Di sisi lain, pada pekan lalu, laba industri China mencatat penurunan bulanan paling tajam pada bulan September. Biro Statistik Nasional China mengatakan hal itu disebabkan oleh faktor-faktor seperti permintaan yang tidak mencukupi.
Indikator-indikator lain baru-baru ini menunjukkan peningkatan tekanan deflasi dan lemahnya permintaan pinjaman, yang semakin meningkatkan tanda bahaya terhadap pemulihan ekonomi dan memperkuat alasan untuk lebih banyak stimulus guna mendorong pertumbuhan.
Adapun, China dikabarkan sedang mempertimbangkan untuk menyetujui penerbitan utang tambahan senilai lebih dari 10 triliun yuan atau US$1,40 triliun pada minggu depan untuk beberapa tahun ke depan.