DMC dan DDV Teken Protokol Penanggulangan Bencana Nasional di Upacara Penutupan Leader Summit 2024
KOMPAS.com - Disaster Management Center (DMC) dan Dompet Dhuafa Volunteer (DDV)menggelar upacara penutupan pelatihan akbar bertajuk “Simpul KolaborAksi Jaringan” yang merupakan puncak rangkaian dari Rapat Kerja Nasional (Rakernas) “Leader Summit 2024” para pimpinan cabang Dompet Dhuafa pada 16 Desember 2024.
Upacara yang dipimpin oleh Direktur Yayasan Sumberdaya Masyarakat Indonesia (YSMI) Dompet Dhuafa Ahmad Shonhaji itu dilaksanakan di kawasan camping ground Gunung Bunder, Pamijahan, Bogor, Minggu (22/12/2024).
Shonhaji menyampaikan bahwa kesiapsiagaan dan mitigasi kebencanaan telah diterapkan sejak jaman para nabi, sehingga kini prinsip yang dipakai masih relevan walaupun dengan teknologi yang berbeda.
“Dengan belajar dari sejarah dan menerapkan teknologi modern, kita dapat lebih siap menghadapi bencana dan membangun masyarakat yang tangguh. Semoga pelatihan ini dapat membangun komunikasi efektif di tengah kondisi di lapangan apa pun terjadi,” katanya dalam keterangan tertulis, Selasa (31/12/2024).
Selain itu, DMC dan DDV juga mengesahkan Protokol Penanggulangan Bencana Nasional yang ditandatangani oleh Ketua Dewan Pengurus Dompet Dhuafa Ahmad Juwaini yang diwakili oleh Deputi Corporate Secretary Dompet Dhuafa Dian Mulyadi, dan GM Respons dan Advokasi Dompet Dhuafa Arif Rahmadi Haryono.
Kemudian, GM Pengembangan Jaringan Dompet Dhuafa Bobby P. Manullang dan Kepala DMC Dompet Dhuafa Shofa Qudus.
“DMC Dompet Dhuafa berusaha untuk terus mengembangkan dan meningkatkan protokol ini agar dapat memberikan bantuan yang tepat dan efektif kepada mereka yang membutuhkan, serta mendorong kesadaran dan kesiapsiagaan di tingkat komunitas,” kata Shofa.
Dengan menekankan pentingnya persiapan, respons yang cepat, pemulihan yang efektif, dan mitigasi yang proaktif, DMC Dompet Dhuafa berupaya untuk memperkuat ketahanan masyarakat serta mengurangi dampak bencana terhadap populasi yang rentan.
Dalam protokol tersebut, skala bencana ditentukan berdasarkan kajian cepat yang dilakukan oleh DMC atau Cabang Dompet Dhuafa, mitra, dan relawan dalam waktu 1×24 jam setelah kejadian bencana.
Kajian cepat diperoleh berdasarkan informasi awal yang bisa didapat dari relawan, berita dari media massa, dan deklarasi status bencana oleh pemerintah. Skala bencana itu ditentukan berdasarkan beberapa parameter yang disepakati.
Dalam hal tersebut, Direktur Kesiapsiagaan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Pangarso Suryotomo menyampaikan pesan kepada seluruh relawan penanggulangan bencana agar meningkatkan pengembangan diri untuk mempersiapkan peningkatan dampak bencana yang lebih besar.
“Yang saya bangga dengan DMC itu selalu berkolaborasi, tidak bekerja sendiri. DMC juga melakukan penguatan di masyarakat. Semoga teman setelah ini kembali menjadi corong penguat bagi kekuatan wilayahnya masing-masing,” ungkapnya.
Sepakat dengan hal tersebut, Kepala Seksi Sumber Daya Kantor SAR Jakarta Mahmud Afandi mengungkapkan bahwa temu dan pelatihan gabungan serta pengesahan protokol penanggulangan bencana itu dibutuhkan untuk menghimpun kolaborasi antara non-govermental organization (NGO) dengan government yang lain.
“Untuk di lapangan kita butuh sebuah kolaborasi, baik antara NGO maupun dengan government yang lain. Dengan ini kita bisa berkolaborasi lebih baik lagi dalam penanganan bencana ke depan,” jelasnya.
Sementara itu, Ketua Umum Relawan Penanggulangan Bencana Indonesia (PBI) Squad Subur Rojinawi menyampaikan bahwa PBI Squad terbentuk karena solidaritas kerelawanan sejak momentum tsunami Aceh 2004 dan resmi terbentuk pada April 2017.
“Kenapa mau jadi relawan? Bangga lah jadi relawan karena sangat bermanfaat. Tapi ingat, menjadi relawan itu untuk diri sendiri, untuk masyarakat, dan untuk lembaga. Jaga nama baik lembaga,” ujarnya.
Sebagai informasi, materi pembekalan Rakernas “Leader Summit 2024” meliputi kepemimpinan, sumber daya, komunikasi, hingga manajemen dalam bencana diberikan, dengan porsi hari pertama dan kedua sebanyak 70 persen teori dan 30 persen praktek. Sedangkan, hari kedua dan ketiga materi prakter lebih banyak.
Adapun simulasi bencana berlangsung mendadak pada pukul 02.00 Waktu Indonesia Barat (WIB), disusul dengan pelatihan vertical dan water rescue pada pukul 08.00 WIB.