DPR Minta Program Kado Medical Check Up Prioritaskan Warga Tak Mampu
JAKARTA, KOMPAS.com - Anggota Komisi IX DPR RI Arzeti Bilbina mengingatkan pemerintah untuk tetap memprioritaskan masyarakat kurang mampu, saat merealisasikan program skrining kesehatan gratis pada 2025.
Menurut dia, rencana pemberian layanan medical check up (MCU) gratis untuk warga ketika berulang tahun adalah program yang baik.
Namun, politikus PKB ini berharap agar program tersebut tidak hanya dirasakan oleh masyarakat di perkotaan, tetapi juga di daerah terpencil, khususnya warga kurang mampu.
"Pada dasarnya kami melihat program ini positif ya. Tapi Pemerintah harus memperhatikan dan mengatasi disparitas fasilitas kesehatan di berbagai daerah, terutama di pelosok yang masih kekurangan tenaga medis dan infrastruktur kesehatan," ujar Arzeti dalam keterangan tertulisnya, Senin (4/11/2024).
Saat ini, kata Arzeti, minimnya akses pelayanan kesehatan untuk masyarakat di daerah terluar, terdepan dan tertinggal (3T) masih menjadi persoalan.
Tak hanya itu, masyarakat kurang mampu di wilayah perkotaan juga masih ada yang kesulitan mengakses layanan kesehatan
Arzeti berpandangan, kondisi tersebut harus menjadi salah satu perhatian pemerintah, agar program yang hendak dijalankan benar-benar dirasakan oleh masyarakat.
"Rakyat Indonesia bukan hanya di kota besar saja tapi juga di wilayah 3T. Kita harus pastikan mereka mendapatkan hak yang sama," kata Arzeti.
"Selain harus dipastikan dokter di faskes terpenuhi, sarana dan prasarananya juga tidak boleh lagi ada kesenjangan,” sambungnya.
Arzeti pun mendorong pemerintah untuk tidak ragu menggandeng pihak swasta, demi kesuksesan pelaksanaan program skrining kesehatan gratis tersebut.
Kolaborasi tersebut juga diharapkan mendorong sektor swasta untuk turut berpartisipasi dalam pembangunan dan pengelolaan fasilitas kesehatan di daerah terpencil.
“DPR siap mengawal agar program MCU gratis tersebut betul-betul tepat sasaran, prioritaskan bagi masyarakat dari kalangan menengah ke bawah yang sulit mengakses fasilitas skrining kesehatan,” pungkas Arzeti.
Diberitakan sebelumnya, pemerintah berencana meluncurkan program skrining kesehatan gratis bagi masyarakat yang sedang berulang tahun, pada 2025.
Dengan program ini, masyarakat diharapkan bisa mendeteksi dan mencegah penyakit sejak dini.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan, program ini akan dijalankan sebagai upaya deteksi dini dan mencegah penyakit sesuai dengan kategori usia.
“Skrining ini adalah hadiah ulang tahun dari negara kepada masyarakat. (Skrining) Ini dilakukan setiap hari ulang tahun untuk memastikan kesehatan bisa terpantau secara dini,” ujar Budi, Sabtu (2/11/2024).
Ia menegaskan bahwa program ini berbeda dengan program yang sudah ada pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang memiliki fokus pada 14 jenis penyakit.
Adapun 14 jenis penyakit tersebut yaitu diabetes melitus, hipertensi, stroke, jantung, kanker serviks, kanker payudara, tuberkulosis (TBC), anemia, kanker paru, kanker usus, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), talasemia, hipotiroid kongenital, dan hepatitis.
Skrining ulang tahun, kata Budi, dirancang untuk mendeteksi berbagai jenis penyakit sesuai golongan usia.
Hal ini bertujuan untuk meningkatkan efektivitas deteksi dini dan meminimalkan risiko kematian dan kecacatan akibat masyarakat.
Adapun skrining ulang tahun akan dikategorikan dalam empat golongan usia, yakni skrining usia balita, usia remaja, dewasa, dan lansia.
Pada skrining balita akan fokus pada deteksi dini penyakit bawaan lahir, seperti hipotiroid kongenital. Penyakit ini bisa diobati jika teridentifikasi sejak dini.
Sementara untuk skrining remaja usia di bawah 18 tahun dilakukan dengan pemeriksaan obesitas, diabetes, dan kesehatan gigi.
Skrining ini bertujuan untuk mendeteksi masalah kesehatan yang sering muncul pada usia anak hingga remaja.
Untuk skrining usia dewasa difokuskan pada deteksi dini kanker, termasuk kanker payudara dan serviks.
Kedua penyakit tersebut menjadi penyebab utama kematian pada perempuan di Indonesia. Selain itu, pemeriksaan juga akan dilakukan untuk mendeteksi adanya kanker prostat pada laki-laki.
Sedangkan untuk skrining pada lansia akan dilakukan melalui pemeriksaan deteksi dini alzheimer, osteoporosis, serta kesehatan umum lainnya yang terkait dengan penuaan.