DPR Usul BPOM-Polisi Dilibatkan Awasi MBG Buntut Siswa Keracunan
JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua DPR Cucun Ahmad Syamsurijal menyarankan Badan Gizi Nasional melibatkan BPOM dan kepolisian terkait pengawasan program makan bergizi gratis.
Hal tersebut Cucun sampaikan dalam merespons puluhan siswa SD yang keracunan program makan bergizi gratis.
Menu ayam disebut menjadi pemicunya.
"Alangkah baiknya libatkan BPOM sebagai institusi negara yang bisa (mengawasi). Kalau memang BPOM misalkan SDM-nya sedikit, daerah itu kan ada dinas kesehatan, di daerah juga ada ahli gizi yang memahami bagaimana bisa tester ini makanan layak atau segala macam," ujar Cucun, di Jakarta Pusat, Jumat (17/1/2025).
"Bahkan, polisi sendiri sekarang setiap dokkes di polres itu punya SDM-SDM yang bisa tes makanan yang ini layak atau tidak," sambung dia.
Cucun mengatakan, jangan karena satu kasus ini, program makan bergizi gratis langsung dianggap gagal.
Dia menegaskan insiden keracunan ini menjadi pelajaran bagi Badan Gizi Nasional.
"Nah, kemarin misalkan terjadi itu apakah karena basi atau karena apa, jangan digeneralisir ini menjadi sebuah kegagalan. Bahkan, ini pelajaran bagus untuk BGN sendiri, bagaimana memperkuat dan memperketat alat kontrolnya," ujar Cucun.
Menurut Cucun, makan bergizi gratis adalah program yang sangat bagus.
Sebab, kata dia, program ini membuat anak-anak jadi merasakan makanan dengan kandungan protein tinggi.
"Jadi saya mengimbau dan menyampaikan kepada semua, jangan menilai bahwa ini suatu kegagalan, bukan. Ini justru pelajaran penting bagaimana menata BGN ini yang lebih smart, simpel tidak terlalu panjang tapi terkontrol, terjaga," imbuh dia.
Sebelumnya, 40 siswa di Sekolah Dasar (SD) Negeri Dukuh 03, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah mengalami mual, muntah, dan pusing setelah mengonsumsi menu Makan Bergizi Gratis (MBG) pada Kamis, 16 Januari 2025.
Mereka diduga mengalami keracunan akibat program makan bergizi gratis.
Kepala Puskesmas Sukoharjo Kota, Kunari Mahanani, mengonfirmasi kejadian itu.
Tetapi, para siswa tidak sampai dirujuk ke rumah sakit.
"Sudah kita tangani, obati, kita observasi hasilnya tidak ada yang perlu dikhawatirkan," kata Kunari.