DPRD Surabaya Soroti Proyek Tunnel yang Hubungkan Terminal Joyoboyo-KBS
DPRD Kota Surabaya menyoroti pembangunan pembangunan tunnel yang menghubungkan Terminal Intermoda Joyoboyo (TIJ) dengan Kebun Binatang Surabaya (KBS) Kecamatan Wonokromo. Ada dampak gangguan yang dirasakan warga sekitar terkait pembangunan tersebut.
Keluhan warga tersebut disampaikan kepada Wakil Ketua DPRD Kota Surabaya Bahtiar Rifai saat menyerap aspirasi di wilayah Wonokromo. Warga keluhkan krisis air, sumur mereka mengering disaat proyek pembangunan akan rampung.
"Proyek tunnel TIJ-KBS itu dikerjakan mulai Juni 2024 dan tuntas pertengahan November 2024. Proyek bawah tanah dibangun dengan APBD dengan panjang 160 meter. Terowongan ini memiliki lebar 4 meter dan tinggi 3,25 meter," kata Bahtiyar dalam keterangan tertulis, Senin (4/11/2024).
"Proyek tunnel itu mengusik ketenangan warga karena tak lagi bisa mudah mendapatkan air dari sumur karena mengering. Puluhan tahun baru kali ini sumur mereka mengering. Warga mengaitkan dengan proyek terowongan TIJ-KBS," sambungnya.
Politisi dari Partai Gerindra itu menanggapi keluhan warga Sawunggaling saat turun reses untuk menyerap aspirasi di wilayah daerah pemilihan masing-masing DPRD Kota Surabaya.
Warga menyampaikan keluhannya langsung kepada Wakil DPRD Kota Surabaya agar segera mendapatkan solusi untuk warga. Sebab air bersih merupakan kebutuhan mendasar warga. Menurutnya, dulu sebelum ada proyek tunnel, sejumlah sumur warga tidak mengalami kekeringan.
Oleh karena itu, dia mengatakan banyak warga menilai kondisi ini makin menguatkan asumsi bahwa bisa jadi penyebabnya adalah proyek tersebut. Dikatakan bahwa warga sudah melaporkan ke kelurahan dan mendatangi pihak pembangunan proyek namun belum ada penyelesaian.
"Ini merupakan catatan penting buat pengelola proyek agar memikirkan dampak terhadap masyarakat sekitar. Harus dicari solusi terbaik agar kebutuhan air warga bisa terpenuhi kembali," kata Bahtiyar.
Pimpinan dewan ini bisa memahami situasi yang dihadapi warga. Apalagi rata-rata warga di dekat proyek TIJ-KBS itu adalah masyarakat dengan ekonomi menengah ke bawah.
Perkampungan mereka adalah perkampungan dengan rumah kecil-kecil. Warga juga menyampaikan bahwa selama ini warga sudah senang dengan keberadaan sumur tradisional. Sebab hanya perlu menggali sumur dengan kedalaman 6 meter sudah keluar air.
Warga menduga ada paku bumi proyek sampai 12 meter sehingga berdampak pada keberadaan sumur warga menjadi kering. Meskipun begitu Bahtiyar masih belum bisa memastikan apakah penyebabnya proyek tunnel.
Menurutnya, perlu kajian akademis khususnya dari dinas terkait apakah sumur kering itu dampak dari pembangunan atau alam.
"Kami akan lakukan hearing dengan mendatangkan semua pihak. Baik dinas terkait dalam hal ini Dishub dan PU. Kalau diperlukan pakar harus dihadirkan," ungkap Bahtiyar.
Dia menyampaikan keluhan sumur kering itu menjadi perhatian khusus. Bahtiyar mengakui beberapa keluhan yang dirasakan masyarakat ada di wilayah Kelurahan Sawunggaling. Dua RW yakni RW 5 dan RW 6 warganya mengeluhkan sumur konvensional warga kering.
Tidak hanya itu, ada dampak lain yang muncul dari proyek pembangunan TIJ-KBS. Ada beberapa rumah warga terimbas seperti retak. Nantianya aspirasi warga itu akan ditampung dan akan ditindak lanjuti dengan hearing. Dia pun berharap warga segera menyampaikan surat resmi ke DPRD Kota Surabaya.
"Silakan warga bersurat resmi ke DPRD untuk dilakukan rapat koordinasi dengan beberapa pihak terkait agar bisa ditemukan solusi terbaik terkait permasalahan tersebut," tutur Bahtiyar.