Drama Penetapan Hasil Pilkada Jakarta, Saksi Walk Out dan Enggan Tanda Tangan Berita Acara
![Drama Penetapan Hasil Pilkada Jakarta, Saksi Walk Out dan Enggan Tanda Tangan Berita Acara](https://asset.kompas.com/crops/5elw4S972t1KB0UM9hrYFl5weho=/0x0:0x0/1200x800/data/photo/2024/12/07/675458ab5f934.jpeg)
JAKARTA, KOMPAS.com - Rapat penetapan perolehan hasil pemilihan gubernur dan wakil gubernur Jakarta yang dilakukan oleh KPU Provinsi Jakarta dipenuhi oleh drama sebelum hasil rapat disahkan.
Awalnya, rapat berjalan tanda kendala ketika rincian perolehan suara dibacakan ulang oleh anggota KPU jakarta.
Situasi mulai memanas ketika saksi dari pasangan calon (paslon) menyampaikan keberatan mereka yang kemudian dicatat sebagai kejadian khusus dalam rapat.
Melalui saksi sekaligus tim hukum mereka yang hadir dalam rapat, paslon nomor urut 2 Dharma Pongrekun dan Kun Wardhana Abyoto menyampaikan sejumlah kejanggalan dalam proses pilkada.
“Kami menganggap dan menilai bahwa jumlah suara tidak mewakili atau merepresentasikan masyarakat sehingga kami menilai legitimasi masyarakat sangat kurang,” ujar salah satu tim hukum Dharma-Kun, Anthony James Harahap saat rapat pleno penetapan hasil Pilkada Jakarta di Hotel Sari Pan Pacific, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (8/12/2024).
Berdasarkan data yang mereka pegang, partisipasi pemilih di Jakarta hanya 53 persen dari total daftar pemilih tetap (DPT).
“Sehingga, kami menganggap dan menilai bahwa jumlah suara tidak mewakili masyarakat secara keseluruhan,” imbuh dia.
Tim Dharma-Kun juga menyoroti banyaknya suara tidak sah di dalam Pilkada tahun ini, yaitu kurang lebih sebanyak 10 persen.
“Kedua, terdapat suara tidak sah sebanyak 10 persen yang tentunya akan mempengaruhi jumlah perolehan suara,” kata Anthony.
Tim calon independen ini juga menyoroti sejumlah permasalahan yang awalnya disinggung oleh tim paslon nomor urut 1 Ridwan Kamil dan Suswono (Rido). Ia menyinggung kasus surat suara yang sudah tercoblos dan distribusi surat undangan yang tidak merata.
“Kemudian, kejadian Pinang Ranti di mana surat suara sudah dicoblos dan belum ada tindak lanjut dari rekomendasi Bawaslu. Dari 167 kasus yang di mana disampaikan paslon 1 tadi, juga belum ada rekomendasi Bawaslu,” lanjut dia.
Atas semua pertimbangan yang disampaikan, tim Dharma-Kun memutuskan untuk tidak menandatangani berita acara penetapan hasil meski mereka mengakui angka perolehan suara yang disebutkan oleh KPU Jakarta.
“Data cocok. Namun, kami menggunakan hak kami untuk tidak menandatangani,” imbuh Anthony.
Sementara, tim dari paslon Pramono Anung dan Rano Karno tidak mempermasalahkan perolehan yang dibacakan.
Dalam kesempatan mereka bicara, saksi tim paslon Ridwan Kamil dan Suswono (Rido) menyampaikan keberatan mereka terkait proses pilkada yang berlangsung. Inti permasalahan yang disampaikan kubu 1 dan 2 serupa satu sama lain.
Namun, dalam keberatannya, kubu Rido menyinggung kalau mereka telah mengajukan keberatan ini jauh-jauh hari sebelum rapat dilaksanakan. Keberatan ini disampaikan dalam bentuk laporan ke Bawaslu dan DKPP.
Namun, hingga rapat pleno diadakan, tim Rido mengaku belum mendapatkan satupun jawaban dari dua lembaga terkait itu.
Situasi mulai memanas ketika kubu paslon nomor urut 3 Pramono Anung dan Rano Karno menyampaikan pandangan mereka.
“Tidak ada kejadian khusus dan keberatan dari paslon nomor 3. Namun kami ingin berkomentar sedikit. Paslon nomor 1 dan nomor 2 mengungkapkan atau menyatakan keberatan atau kejadian khusus, enggak tahu kejadian khusus atau keberatan. mohon maaf…,” ujar salah satu saksi dari paslon Pramono-Rano di ruang rapat.
Namun, perkataan saksi dari tim Pram-Rano ini langsung di sela oleh salah satu tim paslon Rido.
“Mohon maaf ketua. Ini penilaian ketua, tidak perlu ada penilaian macam-macam,” kata saksi dari tim Rido.
Suasana menjadi tidak kondusif karena saksi dari paslon 1 dan 3 saling memotong satu sama lain.
Alhasil, salah satu saksi dari tim Rido, Abuzar, maju dan menghampiri meja para komisioner KPUD untuk menyerahkan berkas keberatan mereka.
Suasana semakin kisruh hingga akhirnya tim Rido memutuskan untuk walk out dari ruangan sidang.
“Izin ketua, kami mundur dari sidang,” ujar Koordinator Tim Pemenangan Rido Ramdan Alamsyah sebelum mengajak anggotanya keluar.
Saat itu, KPUD belum mengesahkan hasil perolehan Pilkada Jakarta.
Karena keluar sebelum rapat selesai, tidak ada saksi dari tim Rido yang menandatangani berita acara pengecekan hasil rekapitulasi tingkat provinsi Jakarta.
“Jadi, nanti akan kami buatkan kejadian khusus bahwa tim 01 meninggalkan forum sebelum proses pengesahan hasil tingkat provinsi,” kata Ketua KPUD Wahyu Dinata.
Ketua Tim Pemenangan paslon Pramono-Rano, Lies Hartono alias Cak Lontong mengatakan, pihaknya menghormati sikap kubu 01 dan 02 terhadap rekapitulasi perolehan suara yang telah berlangsung.
"Kami menghormati keputusan para saksi dari pasangan calon lain. Itu hak mereka, dan tentu kami memandangnya sebagai bagian dari dinamika demokrasi," ujar Cak Lontong saat konferensi pers di Rumah Pemenangan Mas Pram-Bang Doel, Jalan Cemara, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu.
Tapi, Cak Lontong menyebutkan, sikap walk out dari kubu 1 tidak akan memengaruhi hasil Pilkada Jakarta.
"Proses walk out atau juga mungkin tidak menandatangani sama sekali bukan hal yang mempengaruhi keputusan dan hasil yang ditetapkan oleh KPUD Jakarta," jelas dia.
Pada saat yang sama, Ketua Harian Tim Pemenangan Pramono Anung-Rano Karno, Prasetyo Edi Marsudi yang juga hadir dalam konferensi pers itu, mengingatkan, agar pihak-pihak yang keberatan dengan hasil Pilkada Jakarta 2024 untuk tidak mengganggu kemenangan pasangan Pramono-Rano.
Dia menegaskan, demokrasi membutuhkan kedewasaan dalam menerima hasil.
"Kami pernah kalah, kami pernah menang. Sekarang kami menang, terus terganggu-ganggu, saya rasa itu jangan sampai terjadi," ujar Prasetyo.
Dia pun menyoroti raihan suara dari masing-masing paslon. Menurutnya, selisih perolehan suara terlalu jauh jika ada pihak-pihak yang hendak memaksakan sengketa ini.
"Silakan teman-teman 1 dan 2 untuk memprotes, ya, tetapi pada tempatnya di MK. Kalau cuma bedanya 1 persen, mungkin bisa. Ini 9, hampir 10 persen beda. Jadi, jangan mengada-ada," ujar Prasetyo.
"Jangan jerih payah kita semua ini terus dicari-cari salahnya. Ayo kita siap kalah dan siap menang," tambah dia.
Pasangan calon gubernur dan calon wakil gubernur Jakarta nomor urut 3 Pramono Anung dan Rano Karno secara sah memperoleh 50,07 persen suara dan memenangkan Pilkada Jakarta dalam satu putaran.
Berikut hasil rekapitulasi tingkat provinsi yang sudah ditetapkan KPU Jakarta