Duduk Perkara Pameran Yos Suprapto Ditunda, Apa Penyebabnya?

Duduk Perkara Pameran Yos Suprapto Ditunda, Apa Penyebabnya?

JAKARTA, KOMPAS.com - Pameran tunggal karya seniman Yos Suprapto di Galeri Nasional Indonesia mengalami penundaan akibat selisih paham antara Yos dan kurator pameran, Suwarno Wisetrotomo.

Perselisihan ini muncul di akhir masa persiapan, bahkan terjadi hanya tiga jam sebelum pameran dijadwalkan dibuka.

Yos menjelaskan, bahwa sejak awal 2023, ia dan pihak Galeri Nasional telah melakukan diskusi untuk mengadakan pameran dengan tema "Bangkit". 

“Ini kesepakatan pameran ini sebetulnya sudah jauh-jauh hari dan sebetulnya formal kesepakatan itu terjadi pada bulan Juni tahun 2023,” ungkap Yos saat ditemui di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta, Jumat (20/12/2024).

Awalnya, Yos diminta untuk mengisi ruang pameran di Gedung A pada awal 2024, namun pameran harus diundur karena beberapa alasan.

Yos mengaku tidak mengikuti perkembangan politik di Jakarta karena tinggal di Yogyakarta dan hanya mengikuti arahan yang diberikan.

“Karena saya tinggal di Jogja (Yogyakarta), saya tidak tahu perkembangan politik di Jakarta seperti apa. Dan, saya hanya manut saja,” kata dia.

Shela Octavia Seniman Yos Suprapto saat ditemui di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024).

Suwarno Wisetrotomo kemudian ditunjuk sebagai kurator untuk acara ini. Dia juga telah beberapa kali datang ke rumah Yos di Yogyakarta untuk melihat sejumlah karya yang akan dipamerkan.

Dari situ, tema pameran yang akan diangkat juga sudah ditajamkan menjadi “Kebangkitan Tanah untuk Kedaulatan Pangan”.

Dalam beberapa hari setelah lukisan-lukisan Yos dipasang di ruang pameran, tepatnya pada Selasa (17/12/2024), Suwarno yang baru tiba di Jakarta mengajukan komplain.

Ia meminta agar dua lukisan, yaitu Konoha 1 yang menggambarkan seorang "Raja Jawa" menginjak warganya, dan Konoha 2 yang menampilkan beberapa figur manusia telanjang, disensor.

“Begitu kurator datang yang terjadi komplain bahwa ada dua lukisan yang dia juga pernah lihat di rumah saya, yang dulunya tidak pernah ngomong apa-apa tentang karya tersebut, dikomplain untuk tidak disertakan dengan alasan bahwa itu akan mengurangi gereget atau nilai atau bobot dari tema pameran,” jelas Yos.

Awalnya, Yos setuju untuk menutup kedua lukisan tersebut dengan kain hitam, namun pada 19 Desember 2024, kurator kembali mengajukan komplain dan meminta tiga lukisan lain untuk diturunkan.

“Tiga lukisan ini menceritakan tentang seorang petani, gambaran petani, ya, sedang memberi makan kepada orang kaya. Petani memberi makan kepada anjing-anjing. Petani membawa sapi, yang saya gambarkan, seperti ke istana. Loh, itu dianggap vulgar,” kata Yos.

Shela Octavia Seniman Yos Suprapto saat ditemui di Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024).

Yos menolak untuk menurunkan lukisan-lukisan tersebut, menegaskan bahwa semua karyanya saling terkait dan membentuk satu cerita utuh.

“Dari kronologi satu dengan yang lainnya runut. Kok diturunkan di tengah jalan bagaimana tuh? Sebuah kronologi, cerita. Kalau dipotong tengahnya, inti isinya kan enggak ada,” tegas Yos.

Dia mengatakan, kelima lukisan yang tidak lulus sensor itu masih sesuai dengan tema yang diusung.

“Saya bercerita tentang proses terjadinya kehilangan kedaulatan pangan kita. Sejarah kehilangannya kedaulatan pangan. Nah, itu saya akhiri dengan lukisan yang menggambarkan penguasa, kekuasaan. Kedaulatan pangan tanpa kekuasaan itu omong kosong,” kata Yos.

Suwarno Wisetrotomo, yang sempat dihubungi pihak Galeri Nasional saat perjalanan pulang ke Yogyakarta, diminta untuk memberikan keterangan kepada awak media, Jumat sore.

Dalam telepon itu, Suwarno mengonfirmasi bahwa ia telah mengundurkan diri sebagai kurator pameran tunggal Yos Suprapto.

Ia menjelaskan alasannya mengundurkan diri adalah karena beberapa lukisan tidak sesuai dengan tema pameran yang telah disepakati.

“Kami mengatakan, karya itu tidak sesuai, karya itu tidak relate dengan tema, saya keberatan kalau dipasang,” ungkap Suwarno melalui telepon.

Sebagai kurator, Suwarno memiliki wewenang untuk memilih karya-karya yang pantas dipamerkan.

“Saya punya kewenangan untuk mengatakan pada seniman bahwa menilai, bahwa kewenangan untuk mengatakan karya A, karya B, atau C misalnya tidak sesuai dengan tema,” lanjutnya.

Meskipun ada upaya untuk mencapai kesepakatan, baik Yos maupun Suwarno tetap pada pendirian masing-masing.

“Karena saya tetap kekeuh mengusulkan, waktu itu dua karya yang saya tenggarai sangat mencolok tidak sesuai tema, ya saya mengatakan, bagaimana kalau tidak dipasang,” lanjut dia.

“Ketika itu saya sampaikan dan saya merasa ditampik ide-ide itu, dan pendapat saya juga ditampik, ya tentu saja saya merasa, saya mengatakan dengan baik-baik dengan saudara Yos Suprapto oh, saya bukan kurator yang cocok dengan pameran ini,” kata dia.

Suwarno mengundurkan diri selaku kurator pada 16 Desember 2024.

Sikapnya ini ditegaskan lagi pada 19 Desember 2024, ketika dia dan Yos dipertemukan di kantor Galeri Nasional untuk membahas pameran tersebut. 

Dalam kesempatan itu, awak media tidak diberikan kesempatan untuk bertanya kepada Suwarno melalui telepon. Pihak Galeri Nasional juga tidak memperjelas mengenai kapan awal mula selisih paham ini terjadi.

Pihak Galeri Nasional Indonesia memutuskan untuk menunda pameran sampai Yos dan Suwarno menemukan jalan tengah dari perbedaan pendapat mereka.

“Menunda (pameran) dengan syarat silakan dibenahi dulu komunikasi dengan kurator,” ujar Ketua Tim Museum dan Galeri Indonesian Heritage Agency (IHA), Zamrud Setya Negara, Jumat.

Zamrud menegaskan bahwa untuk sebuah pameran dapat berlangsung di Galeri Nasional, harus ada pengawasan dari seorang kurator.

Dalam hal ini, Yos dan Suwarno tidak berada sepaham.

Shela Octavia perwakilan dari Galeri Nasional Zamrud Setya Negara saat ditemui di kantor Galeri Nasional, Gambir, Jakarta Pusat, Jumat (20/12/2024).

Galeri Nasional menyatakan tidak mengarahkan Suwarno perihal mana saja lukisan yang layak ditampilkan dalam pameran.

“Tidak (ada arahan). Ini kembali lagi. Kurator dalam proses kerja profesionalnya pasti punya ruang yang tidak bisa diintervensi. Namanya, profesionalisme,” kata dia.

Zamrud juga memilih untuk tidak berkomentar lebih lanjut mengenai kesamaan tokoh di dalam lukisan Yos yang dinilai mirip dengan salah satu tokoh politik.

“Kami tidak akan berkomentar untuk ke sana, karena kami zona-nya ada pada karya seni, tidak akan lari kepada hal seperti itu,” kata Zamrud.

Sumber