Efek Sanksi Baru AS ke Rusia, Harga Minyak Melesat

Efek Sanksi Baru AS ke Rusia, Harga Minyak Melesat

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah ditutup ke level tertinggi dalam empat bulan pada Senin (13/1/2025), didorong ekspektasi bahwa perluasan sanksi AS terhadap minyak Rusia akan memaksa India dan China mencari pasokan alternatif.

Melansir Reuters, Selasa (14/1/2025), harga minyak mentah Brent naik menguat US$1,25 atau 1,6% ke US$81,01 per barel, sementara minyak West Texas Intermediate (WTI) melonjak US$2,25 atau 2,9% ke US$78,82 per barel.

Baik Brent maupun WTI mencatat level tertinggi sejak Agustus, dengan tren overbought terus berlanjut.

Minat pada kontrak berjangka energi melonjak, dengan volume Brent di ICE dan WTI di NYMEX mencapai rekor tertinggi sejak awal pandemi.

Analis PVM Tamas Varga mengatakan ada kekhawatiran di pasar terhadap gangguan pasokan. Seiring pembatasan perdagangan minyak Rusia yang diperketat, pembeli di Asia mulai beradaptasi.

Skenario terburuk untuk minyak Rusia tampaknya menjadi skenario yang realistis,” kata analis Varga.

Goldman Sachs memperkirakan sanksi tersebut akan memengaruhi 1,7 juta barel minyak per hari, atau 25% dari ekspor Rusia. Bank tersebut memproyeksikan harga Brent berpotensi bergerak di atas kisaran US$70-US$85.

“Tidak ada yang akan menyentuh kapal-kapal yang ada dalam daftar sanksi atau mengambil posisi baru,” kata Igho Sanomi, pendiri perusahaan perdagangan minyak dan gas Taleveras Petroleum.

Setidaknya 65 tanker minyak kini tertahan di perairan China dan Rusia, terkait pergeseran rute perdagangan akibat sanksi baru dan pembatasan harga oleh negara G7.

Di sisi lain, enam negara Uni Eropa mendesak penurunan batas harga minyak Rusia untuk mengurangi pendapatan Moskow tanpa mengguncang pasar global.

Penghambat Harga Minyak

Kesepakatan damai di Gaza, dibantu oleh mediator internasional, berpotensi mengurangi risiko pasokan energi.

Dolar AS yang menguat ke level tertinggi 26 bulan juga menekan permintaan energi, dengan komoditas seperti minyak menjadi lebih mahal bagi pembeli asing.

Suku bunga tinggi, yang digunakan untuk menekan inflasi, dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi dan mengurangi permintaan energi global.

Sumber