Emiten Bakrie BRMS Incar Kredit US$300 Juta Buat Garap Tambang Emas Bawah Tanah
Bisnis.com, JAKARTA — Emiten pertambangan emas Grup Bakrie PT Bumi Resources Minerals Tbk. (BRMS) menargetkan fasilitas pinjaman sebesar US$200 juta sampai dengan US$300 juta untuk memulai proyek tambang bawah tanah di Palu pada awal tahun 2025.
Sebagian kecil fasilitas pinjaman perbankan itu, sekitar US$50 juta sampai dengan US$100 juta juga bakal diarahkan untuk kegiatan penambangan dan eskplorasi di Gorontalo Minerals.
Saat diminta konfirmasi ihwal besaran fasilitas pinjaman itu, Presiden Direktur PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) Agoes Projosasmito tidak banyak berkomentar.
“Itu [soal pinjaman] sudah tahu,” kata Agoes saat dikonfirmasi kemarin, Senin (9/12/2024).
Sementara itu, Direktur & Chief Investor Relations Officer BRMS Herwin Hidayat mengatakan perseroannya saat ini masih menunggu data final dari perhitungan jumlah cadangan mineral yang ada di Pobaya, Palu dengan standar joint ore reserve committe (JORC).
Targetnya kajian anyar ihwal cadangan mineral tambang BRMS itu selesai akhir tahun ini. Studi tengah disiapkan konsultan tambang berbasis di Perth, Australia.
“Harapannya kandungan emas dari prospek penambangan bawah tanah bisa lebih tinggi dari kandungan emas yang selama ini kami proses,” kata Herwin saat dihubungi lebih lanjut, Senin (9/12/2024).
Hanya saja, dia enggan berkomentar banyak soal rencana penghimpunan fasilitas pinjaman untuk memulai proyek tambang bawah tanah yang akan dikerjakan anak usaha BRMS, PT Citra Palu Minerals (CPM).
“Untuk informasi lainnya seperti sumber pendanaan, jumlah belanja modal, dan lain-lain akan kami sampaikan pada waktunya,” tuturnya.
Upaya pengamanan fasilitas pinjaman perbankan itu muncul setelah BRMS rampung mengaudit kinerja keuangan kuartal III/2024. Di kuartal III/2024, BRMS membukukan laba bersih yang diatribusikan kepada pemilik entitas induk sebesar US$15,65 juta atau Rp248,06 miliar (kurs Rp15.847 per dolar AS) pada kuartal III/2024.
Laba perseroan melesat 49,51% secara tahunan (year on year/YoY) dibandingkan laba bersih periode yang sama tahun sebelumnya US$10,46 juta atau Rp165,91 miliar.
Sementara itu, pendapatan BRMS meroket 231,27% yoy pada kuartal III/2024 menjadi US$108,47 juta atau Rp1,71 triliun, dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya US$32,74 juta atau Rp518,92 miliar.
Pesatnya pertumbuhan laba serta pendapatan BRMS terjadi di tengah produksi emas perseroan yang tengah bergeliat pada kuartal III/2024. BRMS mencatatkan nilai produksi emas sebesar 45.366 troy ounce sampai kuartal III/2024, melebihi produksi emas sepanjang 2023 sebesar 23.270 troy ounce.
Adapun, average selling price (ASP) atau harga jual rata-rata emas BRMS mencapai US$2.347 per troy ouncer pada kuartal III/2024, dibandingkan pada 2023 sebesar US$1.930 per troy ounce.
Menyitir riset yang disusun analis BRI Danareksa Sekuritas Timothy Wijaya dari hasil earnings calls, rencana penambangan bawah tanah CPM bakal dimulai pada kuartal pertama 2025, dengan alokasi pembiayaan sebesar US$150 juta sampai dengan US$200 juta.
Sisanya, pembiayaan untuk pengeboran dan eksplorasi di Gorontalo Minerals dialokasikan sekitar US$50 juta sampai dengan US$100 juta.
Adapun, target produksi emas tahun penuh 2024 dipatok lebih dari 55.000 troy ounce. Sementara itu, proyeksi produksi emas tahun depan diperkirakan bakal naik sampai 65.000 troy ounce.
Dalam keterbukaan informasi awal September 2024 lalu, anak usaha BRMS, PT Citra Palu Minerals (CPM) melaporkan adanya kenaikan kadar dan kandungan emas dari lokasi tambang River Reef dan Hillf Reef di Poboya, Palu.
CPM melaporkan rata-rata kadar emas sebesar 4,9 gram per ton, dengan kandungan sebesar 4,2 juta oz emas dalam sumberdaya mineral yang berasal dari lokasi tambang River Reef.
Laporan yang sama juga menunjukan bahwa sebagian besar dari kandungan emas tersebut (89%) diestimasikan untuk ditambang dengan metode penambangan bawah tanah.
Adapun, lokasi tambang di Hill Reef juga memberikan tambahan kandungan emas sebesar 329.000 oz emas.