Erupsi Lewotobi Laki-laki, Suster Nikolin Meninggal Diduga Tertimpa Batu yang Masuk lewat Atap Biara
KOMPAs.com - Sebanyak 63 warga dirawat akibat dampak letusan Gunung Lewotobi Laki-laki di Kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT).
Sementara sebanyak 10 orang dinyatakan meninggal dunia per Senin (4/11/2024). Salah satu korban meninggal adalah biarawati Katolik, Suster Nikolin Padjo.
Pemimpin Biara SSps Hokeng yang berada di Kecamatan Wulanggitang ini meninggal diduga tertimpa batu material erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang masuk melalui atap kamar di biara itu.
Suster Nikolon dimakamkan di Tempat Pemakaman Para Suster SSpS di Desa Watumilok, Kecamatan Kangae, Kabupaten Sikka, Provinsi NTT.
"Pagi ini, jam 9 pagi jenazah Suster Nikolin akan didoakan dalam perayaan misa dan selanjutnya akan dimakamkan di Tempat Pemakaman Para Suster SSpS di Watumilok," kata Suster Ines, Provinsial SSpS Flores Bagian Timur di Maumere, Selasa (5/11/2024).
Pemimpin Biara Asrama Putra St Arnoldus Yansen di Boru, Ssuster Marieta sangat berduka atas meninggalnya Pemimpin komunitas Biara SSpS Hokeng, Suster Nikolin Padjo.
"Beliau itu sangat baik sekali, dan sangat memperhatikan kami anggota komunitas, hal-hal yang kurang selalu ia bantu benahi," tuturnya.
Pertemuan terakhir dengan Suter Nikolin terjadi pada Sabtu (2/11/2024).
"Waktu itu beliau mengunjungi asrama putra dan putri untuk melihat atap bangunan asrama yang bocor akibat erupsi sebelumnya," ungkap dia.
"Tidak ada tanda-tanda, kami hanya mengobrol seperti biasa, " ucapnya.
Sementara tu Kepala SMKP Santisima Hokeng Flore. Suster Lidwin Maria mengatakan Suster Nikolin adalah sosok yang luar bisa bagi penghuni biara.
"Biasanya kalua hujan petir Suster Nikolin ini yang selalu bangun kami agar waspada. Tetapi kali ini ketika kami ajak Suster Nikolin agar keluar dari biara, Suster Nikolin yang bilang kepada kami tidak apa-apa hujan petir saja, tidak apa-apa."
"Kalimat itu rupanya membuat kami kuat dan merasa Suster Nikolin adalah orang yang sungguh luar biasa. Malah ketika hujan petir Suster Nikolin terlihat tenang dan tidak gelisah. Kami yang lain ada ketakutan Suster Nikolin tampak tenang saja," kata dia.
Saat menceritakan kejadian malam itu, Suster Lidwin tampak trauma.
"Malam itu kami semua sudah tidur tapi saat hujan kami sudah siap mau keluar dari biara tapi Suster Nikolin bilang tidak apa-apa ini hujan petir biara. Malam itu, ada dua penjaga kami yang belum tidur, mereka masih main HP. Begitu ada gemuruh besar seperti pesawat tabrak gunung mereka berdua lari ke dalam biara dan panggil kami satu satu," kata dia.
Ia mengatakan saat itu semua penghuni biara mulai dari perawat, para suster, calon suster hingga anak asrama dievakuasi.
Lalu Suster Lidwin pergi ke kamar Suster Nikolin dan melihat ada lubang besar di kamarnya.
"Saya saksikan sendiri ada batu besar menindih kamar suster lalu batu hilang ada lubang di kamar Suster Nikolin. Batu itu dari gunung dan hilang sampai sekarang. Di kamarnya Suster Nikolin itu ada semacam lubang besar," kata Suster Lidwin.
"Malam itu, lampu PLN mati dan hujan deras. Kami mau keluar gelap. Waktu kami evakuasi kami lari tidak lihat ke belakang. Kami lari ke Boru dan kebun. Ada juga suster yang sudah lansia kami evakuasi semua. Semua aman dan selamat. Tetapi Suster Nikolin saat kami mau panggil bongkahan batu sudah merobohkan kamarnya," tambah dia.
Menurutnya, sore hari sebelum kejadian situasi Hokeng tak seperti biasa karena terasa sepi.
"Saya sempat doa vesper. Tuhan terima kasih semoga kasihMu tetap bersama kami. Begitu doa saya. Saya pikir situasi akan aman-aman saja. Namun malamnya malah hujan petir. Saya merasakan gunung itu ada pesawat tabrak. Gemuruhnya keras dan sangat menakutkan," ungkapnya.
Artikel ini telah tayang di Tribunflores.com dengan judul Suster Lidwin SSpS Malam Itu Guncangannya Seperti Pesawat Tabrak Gunung