Euforia Timnas, Prabowo, dan Optimisme Indonesia Emas
Mereka merayakan hasil imbang ini seolah-olah itu adalah sebuah kemenangan. Komentar ini dilontarkan pemain Australia Mitchell Duke dalam wawancara usai pertandingan Indonesia melawan Australia pada 10 September lalu. Ini adalah sindiran atas tradisi sakral Timnas Indonesia yang menyanyikan lagu Tanah Airku bersama hampir seisi stadion yang tak beranjak, sekalipun pertandingan telah usai dan dengan hasil imbang.
Euforia Timnas memang sedang dalam sorotan. Jadi perbincangan di dalam dan luar negeri. Ribuan suporter di laga tandang jadi hal yang tak lazim. Apalagi 70 ribu lebih bernyanyi di dalam stadion saat laga telah usai, lebih tak lazim lagi. Menurut riset Nielsen Sport, memang 77 persen masyarakat kita pecinta si kulit bundar.
Simon Kuper dalam bukunya Football Against the Enemy mencatat, football is never just football. It’s a vehicle for identities, it’s a tool of power, and a metaphor for nationalism. Tidak heran jika euforia Timnas kali ini bisa menjadi booster rasa cinta Tanah Air, nasionalisme, bela negara, bahkan patriotisme kita.
Gebrakan Erick Thohir
Terpilihnya Erick Thohir tahun lalu menjadi angin segar. Harapan tumbuh dan insan sepak bola berani berekspektasi tinggi. Bagaimana tidak, portfolionya terlampau lengkap untuk menjadi seorang Ketua Umum PSSI. Terlebih lagi posisinya sebagai Menteri BUMN, semakin memberikan kekuatan untuk segera mereformasi sepak bola kita yang saat itu tengah dalam sorotan dunia akibat Tragedi Kanjuruhan yang memilukan.
Dalam satu setengah tahun terakhir, tata kelola sepak bola kita mengalami perbaikan secara signifikan. Paling tidak dalam pengelolaan tim nasional, baik secara komposisi pemain maupun secara brand untuk mendatangkan profit yang bisa memenuhi kebutuhan operasional yang besar. Bahkan, sekarang kita sudah berani berharap, tidak lagi bermimpi Indonesia lolos Piala Dunia. Besarnya kecintaan masyarakat terhadap sepak bola bertemu keseriusan dan kemampuan federasi mereformasi tata kelolanya. Inilah yang menjelaskan bagaimana euforia ini terjadi.
Indonesia Emas 2045
Paling tidak ada tiga mazhab dalam melihat peta jalan Indonesia menjadi negara maju pada 2045. Pertama, mazhab pesimis yang fokus memotret kinerja pemerintahan Jokowi di beberapa lini dan kemudian memberi nilai merah. Keadaan ini membuat mereka pesimis bahwa Indonesia sudah berada di jalur yang tepat menuju negara maju.
Namun, di antara mereka masih ada yang memberi harapan pada pemerintahan Prabowo untuk memperbaiki keadaan. Terbukti bahwa angka kepercayaan publik kepada Prabowo sedikit lebih tinggi dari angka kepuasan publik pada Jokowi.
Kedua, mazhab realistis yang pada dasarnya puas dengan kinerja pemerintahan Jokowi. Mereka memandang Indonesia akan menjadi negara besar ke depan dan sudah berada di jalur yang tepat menuju negara maju. Namun, jika target tersebut pada 2045 tampaknya masih cukup berat untuk dicapai jika tidak terjadi akselerasi signifikan pada pemerintahan Prabowo.
Sementara itu, mazhab optimis percaya bahwa Indonesia akan menjadi negara maju pada 2045. Di antaranya didasarkan pada proyeksi banyak pihak bahwa ekonomi Indonesia akan masuk lima besar dunia pada 2045, potensi bonus demografi, dan dinamika geopolitik global yang akan mengakselerasi pertumbuhan ekonomi Indonesia jika mampu mengambil posisi yang tepat.
Harapan pada Prabowo
Dalam pertarungan politik yang keempat kalinya, Prabowo Subianto akhirnya berhasil mencatatkan kemenangan. Dukungan 58 persen pemilih merupakan yang pertama terjadi di Indonesia dengan peserta lebih dari dua pasangan calon. Ditambah lagi dengan berbagai pihak yang berhasil dirangkul Prabowo untuk masuk kabinetnya, maka angka harapan publik pun kian bertambah. Terbukti dari hasil survei terakhir yang dirilis Indikator Politik, kepercayaan publik pada Prabowo mencapai angka 83 persen.
Seperti halnya Erick Thohir dalam konteks PSSI, Prabowo juga memiliki portofolio menjanjikan sebagai seorang presiden. Pengalaman melihat dari dalam bagaimana Orde Baru bekerja dalam pembangunan, keuletan meniti jalur demokrasi, pemahaman geopolitik, lahir dari keluarga intelektual, dan nasionalisme serta patriotisme yang selama ini menjadi atributnya, menjadikannya presiden yang siap dan mampu bekerja cepat, bahkan sejak hari pertama ia menjabat.
Simpang Jalan yang Menentukan
Angka kepercayaan publik yang tinggi pada Prabowo adalah modal berharga dalam memulai jalannya pemerintahan. Jika mampu dikelola dengan kinerja pemerintahan yang baik dan komunikasi yang efektif atas setiap pencapaian, maka bukan tidak mungkin akan berkembang menjadi dukungan publik yang euforianya setara dengan gemuruh suporter dan seluruh jajaran timnas dalam menyanyikan lagu Tanah Airku pasca setiap pertandingan di Gelora Bung Karno.
Optimisme tumbuh, nasionalisme menguat, etos kerja berkembang, dan produktivitas meningkat. Namun, faktor yang juga menentukan dalam meletakkan pondasi krusial menuju Indonesia Emas 2045 adalah apakah Prabowo dalam kepresidenannya mampu membawa Indonesia ke posisi yang tepat di tengah dinamika geopolitik global yang semakin kompleks.
Akankah ia lebih memilih mendekat pada poros barat yang dipimpin Amerika dan Uni Eropa, atau masuk ke barisan emerging players bersama Rusia dan China? Atau, justru memanfaatkan gaya yang timbul karena tarik menarik keduanya menjadi galah yang kuat untuk melenting? Untuk ini kita serahkan pada Prabowo. Let him cook!
Najmu Fuadi CEO Insani Indonesia
Lihat Video Ini Dia Cara Baru Menjadi Suporter Timnas Garuda
[Gambas Video 20detik]