Fakta-fakta Pagar Laut di Pulau C Jakut, Muncul sejak 3 Bulan Lalu dan Mencekik Nelayan

Fakta-fakta Pagar Laut di Pulau C Jakut, Muncul sejak 3 Bulan Lalu dan Mencekik Nelayan

JAKARTA, KOMPAS.com - Kemunculan pagar misterius yang terpasang di beberapa laut wilayah Indonesia cukup menggegerkan publik belakangan ini.

Mulanya, pagar misterius muncul di laut Kabupaten Tangerang, Banten. Tak berselang lama, pagar misterius juga ditemukan di laut Kabupaten Bekasi, Jawa Barat.

Namun, kemunculan pagar laut ternyata tak hanya ada di lokasi tersebut. Pagar laut juga ditemukan di seberang Pulau C, Pantai Indah Kapuk, Jakarta Utara.

Keberadaan pagar laut di seberang Pulau C mulai terkuak usai diunggah oleh salah seorang pengguna sosial media X bernama @elisa_jkt.

Guna mencari tahu lebih lanjut, Kompas.com mendatangi lokasi pagar laut di seberang Pulau C. Saat ditelusuri, ada tiga pagar laut yang terpasang di seberang Pulau C.

Lokasi pagar laut ini berada di seberang ruko-ruko yang ada di Jalan Laksamana Yos Sudarso, PIK, Jakarta Utara. Masing-masing pagar laut dipasang dari daratan menuju ke tengah laut.

Panjang dari pagar yang terpasang bervariasi. Untuk pagar laut yang berada di posisi tengah, panjangnya sekitar 1,5 kilometer.

Sementara itu, panjang dua pagar lainnya hanya sekira 600 meter. Pagar laut itu terbuat dari bambu yang diikat menggunakan tali berwarna putih.

Kondisi bambu yang digunakan juga masih kokoh dan bagus seperti baru dipasang. Masing-masing bambu yang ditancapkan ke dasar laut diperkirakan memiliki tinggi 4-5 meter.

"Di sini bisa 4-5 meter dangkal," ujar pemilik perahu bernama Saripuding (50) saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Kamis (16/1/2025).

Saripuding mengungkapkan, kemunculan pagar laut di seberang Pulau C sudah ada sejak tiga bulan lalu. Ia pertama kali melihat pagar laut itu saat tengah menarik tongkang.

"Saya tahunya udah ada tiga bulanan. Saya lagi menarik tongkang ada pagar menganggu saya narik ke sana itu," ujar Saripuding.

Sejak tiga bulan lalu, Saripuding dibuat penasaran dengan fungsi dari pemasangan pagar laut tersebut.

"Saya lihat kok ada bambu, saya tanya anak-anak kapal sini, itu bambu-bambu untuk apa? Mereka juga tidak tahu," ujar Saripuding.

Nelayan setempat bernama Udin (50) mengatakan, pembangunan tiga pagar laut itu dilakukan secara bertahap.

"Pembangunannya bertahap, di ujung sekitar tiga bulan lalu, di titik kedua sekitar dua bulanan, dan titik baru sekitar sepuluh harian," ucap Udin saat diwawancarai Kompas.com di lokasi, Kamis.

Udin mengaku, menyaksikan langsung proses pembangunan pagar laut itu. Satu pagar laut, kata Udin, dibangun dalam waktu 10 harian.

Menurut Udin, pembangunan pagar dikerjakan oleh warga Kamal Muara dan Kampung Dadap. Namun, warga itu hanya disuruh oleh pemborong yang berasal dari Tanjung Pasir, Tangerang.

"Melihat, tahu (pembangunan pagar laut), warga yang mengerjakan kayanya diborong sama orang Tanjung Pasir Tangerang," terang Udin.

Kemudian, Udin mengatakan, pembangunan pagar laut dilakukan secara terang-terangan pada siang hari.

Keberadaan pagar laut di seberang Pulau C mendatangkan berbagai kerugian bagi para nelayan.

Selain menganggu perahu berlalu-lalang, keberadaan pagar laut juga mengurangi hasil tangkapan nelayan.

"Iya, mengurangi (hasil tangkapan). Masang jaring bubu buat menangkap udang semenjak ada bambu jadi berkurang hasilnya," ungkap Udin.

Sebelum pagar laut terpasang, Udin mengaku bisa lebih banyak mendapatkan udang dan membawa uang sebesar Rp 300.000 per hari. Namun, sejak ada pagar laut, uang yang didapatkan Udin hanya Rp 100.000.

Di sisi lain, Udin harus mengeluarkan lebih banyak uang untuk membeli bensin yang dibutuhkan perahunya.

Sebab, semenjak ada pagar laut, ia harus memutar ke tengah laut saat ingin mencari udang.

"Bensin jadi lebih boros," tutur Udin.

Biasanya, perahu Udin hanya menghabiskan bensin sekitar 2,5 liter. Akan tetapi, bensin yang dihabiskannya kini bisa mencapai 3,5 liter.

Karena merasa dirugikan, Udin dan nelayan lainnya berharap agar pagar laut yang ada dibongkar.

"Penginnya enggak ada kaya gini lagi, bebas gitu," ucap Udin.

Bukan hanya nelayan, Saripuding juga berharap pagar laut tidak ada lagi di perairan seberang Pulau C.

"Kalau nelayan mungkin seperti itu enggak ada (pagar) bambu berharapnya," ujar Saripuding.

Meski sudah ada sejak tiga bulan lalu, pemilik pagar laut di seberang Pulau C masih menjadi misteri.

"Saya kurang paham kalau yang punya ini siapa," ucap Saripuding.

Saripuding membantah pagar laut itu dibangun oleh nelayan. Bagi Saripuding, nelayan tidak memiliki modal yang cukup untuk membangun pagar laut yang panjang itu.

Di sisi lain, Saripuding menduga, pagar laut ini milik salah satu perusahaan ternama di Indonesia.

Senada dengan Saripuding, Udin mengaku tak mengetahui persis siapa pemilik pagar laut tersebut.

"Enggak tahu (pemiliknya), proyek atau apa," ucap Udin.

Sumber