Formula Pencegahan DBD di Kebumen, 292 Kasus, 1 Meninggal

Formula Pencegahan DBD di Kebumen, 292 Kasus, 1 Meninggal

KEBUMEN, KOMPAS.com - Sebanyak 292 kasus demam berdarah dengue (DBD) terjadi di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah sepanjang 2024.

Upaya pencegahan pun terus dilakukan, hingga dari jumlah tersebut hanya satu pasien yang meninggal dunia.

Kendati demikian, pada awal 2025 sudah tercatat sebanyak 14 kasus DBD.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinas Kesehatan Kebumen, Aris Ekosulistiyono, menyatakan rasa syukurnya karena jumlah kasus DBD di Kebumen tergolong sedikit, terutama jika dilihat dari angka kematiannya yang hanya satu kasus.

"Pola hidup masyarakat untuk menjaga kesehatannya sudah semakin baik, kemudian penanganan dokter dan rumah sakit juga semakin baik. Ini yang kemudian perlu ditingkatkan, agar harapannya di Kebumen zero kasus kematian akibat DBD," ujarnya dalam keterangan resmi, Jumat (10/1/2025).

Aris menjelaskan bahwa pemerintah terus melakukan berbagai upaya pencegahan agar kasus DBD tidak bertambah.

Pemkab Kebumen Jumlah kasus Demam Berdarah di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah sejak tahun 2024 mencapai 292 kasus. Untuk itu, Pemkab Kebumen terus melakukan upaya pencegahan penyakit tersebut agar tidak meluas.

Meskipun penyakit DBD tidak dapat dihilangkan sepenuhnya karena berkaitan dengan kehidupan alam, pencegahan dapat dilakukan melalui berbagai cara.

Pertama, edukasi tentang DBD kepada masyarakat baik secara langsung maupun melalui media sosial

Kedua, penyelidikan epidemiologi setiap ada kasus positif DBD.

Ketiga, fogging fokus jika memenuhi kriteria fogging.

"Dan, keempat, Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) yang sudah dilakukan dan akan dilakukan secara serentak pada 10 dan 17 Januari 2025," tuturnya.

Menurut Aris, cara yang paling efektif dalam mencegah DBD adalah dengan menerapkan 3M (Menguras, Menutup, dan Mengubur) secara mandiri.

Langkah ini bertujuan untuk memberantas tempat berkembang biaknya nyamuk Aedes aegypti.

Ia juga menekankan pentingnya menjaga kebersihan lingkungan, karena lingkungan yang bersih akan mengurangi risiko sarang nyamuk.

"Warga bisa rutin memeriksa tempat penampungan air, meletakkan baju bekas pakai dalam wadah tertutup, dan menggunakan obat nyamuk," tambahnya.

Aris juga mengingatkan bahwa fogging bukanlah upaya pencegahan yang paling efektif dalam memberantas nyamuk Aedes aegypti.

Ia meminta masyarakat untuk tidak selalu mengandalkan pemerintah dalam melakukan fogging, karena ada syarat yang harus dipenuhi sesuai dengan ketentuan Kementerian Kesehatan.

Syarat dilakukannya fogging antara lain

"Jadi tidak bisa masyarakat meminta adanya fogging jika tidak memenuhi syarat-syarat di atas. Yang terpenting adalah kesungguhan kita menjaga lingkungan masing-masing," jelasnya.

Aris juga mengingatkan masyarakat bahwa tidak semua kasus demam berarti DBD. Ada juga kemungkinan terjadinya Demam Dengue (DD), demam Chikungunya, atau demam Tipes.

"Saya harap masyarakat bisa lebih memahami bahwa jenis nyamuk Aedes aegypti hanya hidup di tempat genangan air yang bersih, menggigit pada waktu pagi dan sore hari, dengan radius terbang hanya 200 meter, dan hanya nyamuk betina yang menyebabkan DBD," tambahnya.

Sumber