Freeport Bicara Tantangan Pasar Tembaga Emas pada 2025
Bisnis.com, JAKARTA - PT Freeport Indonesia (PTFI) menyebutkan tantangan yang akan memengaruhi permintaan pasar hingga harga pada komoditas tembaga dan emas di tengah kondisi pasar global tahun depan.
VP Government Relations Smelter Technical Support PTFI Harry Pancasakti mengatakan, sebagai salah satu pemain mineral tembaga dunia, pihaknya melihat pasar bergantung pada arah implementasi energi bersih.
"Kalau melihat dari tembaga, tembaga akan sangat bergantung dengan direction kemana clean energy ini akan pergi pada saat dia eksponensial, kebutuhan tembaga juga akan semakin tinggi, dan eksponensial juga dia ikut," kata Harry dalam acara Bisnis Indonesia Economy Outlook 2025, Kamis (10/12/2024).
Sementara itu, untuk komoditas emas yang merupakan instrumen penopang devisa negara dinilai akan makin kuat meskipun pasar global diterpa berbagai sentimen akibat geopolitik Timur Tengah hingga kebijakan Presiden Amerika Serikat terpilih Donald Trump.
"Makin semrawut kondisi konstelasi antarnegara dia makin kuat posisinya karena orang punya trust confident untuk memilih instrumen emas dibandingkan instrumen perbankan, safe haven," tuturnya.
Di sisi lain, PTFI juga mengungkap tantangan penyerapan komoditas mineral oleh industri lokal sehingga nilai tambah bisa didapatkan dalam negeri. Dia mencontohkan, kebutuhan atau permintaan tembaga katoda di pasar dunia mencapai 2 juta ton, lebih besar dibandingkan produksi yang ada.
Harry menilai jika potensi konsentrat tembaga di Indonesia tidak dioptimalkan untuk menjadi produk hilir maka nilai tambah industri akan dimanfaatkan oleh negara lain.
"Kalau kita lempar ke luar negeri [ekspor katoda tembaga] itu pasti habis, cuma kan sayang kalau itu sudah dimurnikan dalam negeri, dalam negeri tidak dimanfaatkan yang harusnya menjadi basis untuk hilirisasi lebih lanjut," jelasnya.
Lebih lanjut, dia menekankan proses hilirisasi di smelter harus diimbangi dengan penyerapan oleh industri. Sebagai contoh, saat ini smelter baru PTFI yang memproduksi tembaga katoda di KEK Gresik disebut telah memancing investasi pembangunan industri turunan.
Dengan demikian, Indonesia tidak hanya mengandalkan barang murni yang masih mengacu pada harga komoditas yang fluktuatif.
"Contoh di KEK Gresik sekarang di samping smelter tembaga kita ada industri copper foil walaupun investornya dari China dari asing itu sudah masuk mereka offtake katoda tembaga kita walaupun tidak semua tapi sebagian sudah diambil," jelasnya.