Gerak Cepat BWS Papua Merauke Atasi Dampak Banjir di Merauke

Gerak Cepat BWS Papua Merauke Atasi Dampak Banjir di Merauke

MERAUKE, KOMPAS.com – Hujan deras mengguyur Kabupaten Merauke pada 6 Januari 2025. Hujan dengan intensitas tinggi selama lebih dari enam jam itu menyebabkan banjir di sejumlah wilayah pemukiman dan kerusakan serius pada lahan persawahan.

Banyak petani mengalami gagal tanam, terutama di daerah Jagebob yang merupakan salah satu sentra pertanian utama.

Menanggapi kondisi ini, Balai Wilayah Sungai (BWS) Papua Merauke segera mengambil tindakan cepat. Mereka menggelar pertemuan darurat bersama sejumlah pimpinan Organisasi Perangkat Daerah (OPD), termasuk Dinas Pertanian Provinsi Papua Selatan.

Pertemuan tersebut membahas langkah strategis menangani dampak banjir sekaligus mencegah potensi banjir di masa mendatang.

"Kami sudah mengambil keputusan untuk segera turun ke lapangan besok guna memeriksa langsung kondisi di lokasi banjir," ujar Nonce Saman, Kepala BWS Papua Merauke, saat ditemui usai rapat koordinasi.

Nonce menjelaskan bahwa salah satu penyebab utama banjir adalah kerusakan pintu air yang sudah termakan usia.

Selain itu, sistem drainase dan irigasi yang menjadi bagian dari Program Strategis Nasional (PSN) juga perlu segera diperbaiki.

"Kami sepakat untuk membentuk tim terpadu yang melibatkan berbagai pihak karena masalah banjir tidak hanya soal infrastruktur, tetapi juga kesadaran bersama untuk menjaga lingkungan," tambahnya.

Penyempitan drainase akibat sampah menjadi salah satu faktor yang memperburuk situasi banjir.

Hal ini terjadi akibat perilaku warga yang membuang limbah sembarangan.

Namun, Nonce menegaskan bahwa pemerintah tidak sepenuhnya menyalahkan masyarakat.

"Memang kita bicara perilaku masyarakat, pemerintah tidak bisa langsung menyalahkan masyarakat."

"Kita sebagai pemerintah yang melayani masyarakat harus menyadari apakah pemerintah sudah menyiapkan tempat-tempat untuk pembuangan sampah."

"Jika sudah, namun masyarakat masih belum ada kesadaran, maka kami akan mengambil tindakan sosialisasi untuk mencegah banjir di kemudian hari," ujarnya.

Selain itu, abrasi di sepanjang pesisir pantai juga menjadi perhatian serius.

Pendangkalan yang terjadi akibat abrasi mempermudah air laut masuk ke daratan sehingga memperburuk dampak banjir.

Nonce menegaskan bahwa langkah jangka pendek berupa perbaikan pintu air dan normalisasi saluran drainase akan segera dilakukan.

Sementara itu, sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya menjaga lingkungan akan terus digencarkan guna meminimalkan risiko banjir di masa depan.

Dengan sinergi antara pemerintah daerah, BWS, dan masyarakat, diharapkan masalah banjir di Merauke dapat segera diatasi dan kegiatan pertanian kembali berjalan normal.

Sumber