Hadapi Tantangan Globalisasi, Sekjen MPR: Penting Bangun Karakter Bangsa

Hadapi Tantangan Globalisasi, Sekjen MPR: Penting Bangun Karakter Bangsa

Sekretaris Jenderal MPR RI Siti Fauziah mengingatkan saat ini dunia sedang menghadapi tantangan akibat interaksi antara bangsa yang makin terbuka dan disrupsi yang semakin tinggi. Akibatnya, nasionalisme serta kedaulatan bangsa menghadapi tantangan baru.

Globalisasi tidak terhindarkan, mobilitas fisik antar negara semakin tinggi. Bukan hanya mobilitas barang, jasa, dan uang yang semakin mudah tetapi juga gagasan dan pengetahuan berseliweran tanpa batas. Hal ini menyebabkan gagasan dan pengetahuan positif menjadi lebih mudah diperoleh.

Akan tetapi, kemudahan berinteraksi membawa tantangan yang serius pada kualitas pembangunan manusia. Pancasila menghadapi ancaman dari ideologi dan nilai-nilai yang datang dari luar. Demikian pula kearifan lokal, tradisi dan seni budaya, serta warisan nenek moyang.

Menurut Siti, ancaman itu semakin berat karena Pancasila belum sungguh-sungguh diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Melainkan masih sebatas klaim kehebatan dan hafalan semata.

"Inilah pentingnya membangun karakter bangsa, melalui pemahaman konstitusi. Karena konstitusi bukan semata dokumen hukum. Tetapi mengandung aspek lain. Seperti, pandangan hidup, cita-cita, serta falsafah yang merupakan nilai-nilai luhur bangsa, dan landasan penyelenggaraan negara. Konstitusi juga memuat aturan dan politik hukum untuk menjaga hubungan antara rakyat dan pemerintah. Konstitusi menjamin terpenuhinya hak asasi manusia, realisasi kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat," kata Siti dalam keterangannya, Jumat (6/12/2024).

Untuk itulah, Titi mengatakan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus terus dikawal agar menjadi konstitusi yang hidup (living Constitution), konstitusi yang mampu menjawab segala tantangan zaman. Selain itu, UUD NRI 1945 harus senantiasa dijaga dan dilaksanakan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

"Sejak 2004, MPR terus memperluas sasaran dan mengembangkan metoda pembudayaan kesadaran berkonstitusi. Bagi kalangan mahasiswa, metoda yang dilakukan antara lain melalui debat konstitusi, constitutional drafting, kemah Empat Pilar, dan sarasehan yang kita laksanakan hari ini. Pelibatan mahasiswa sangat penting, karena mereka bukan sekedar pelajar, tetapi juga pengendali sosial, dan sumber intelektual di masa depan," ungkap Siti.

Hal itu ia sampaikan saat membuka Sarasehan Kehumasan MPR RI kerjasama dengan Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Komisariat FISIP Universitas Jenderal Soedirman. Acara tersebut berlangsung di Aula Auditorium FISIP Universitas Jenderal Soedirman.

Sarasehan dengan tema Pembangunan Karakter Bangsa Melalui Pemahaman Konstitusi, itu menghadirkan dua narasumber. Narasumber tersebut yaitu Tenaga Ahli pada Sekretariat Jenderal MPR Drs. Yana Indrawan, M.Si., serta Dosen Fisip Unsoed Oktafiani Catur Pratiwi, S.IP., M.A.

Pada kesempatan itu, Siti juga memuji keberhasilan GMNI dalam membina kader-kadernya sehingga mampu berkiprah membangun bangsa dan negara. Mereka yang pernah dididik dan dibesarkan GMNI dan sekarang memegang posisi strategis di lembaga negara antara lain Wakil Ketua MPR periode 2019 - 2024 Dr. Ahmad Basarah, S.H., M.H., yang sekarang menjadi Ketua Fraksi PDI Perjuangan di MPR periode 2024 - 2029. Lalu, Ketua Pengurus Alumni GMNI dan Ketua Mahkamah Konstitusi periode 2015 - 2018 Prof. Dr. Arief Hidayat, S.H., M.S. yang sekarang adalah hakim di Mahkamah Konstitusi.

"Semoga, kerja sama MPR bersama GMNI akan terus terjalin. Dan GMNI bisa selalu melahirkan kader-kadernya yang siap berkontribusi bagi kemajuan bangsa dan negara," tutup Siti.

Sumber