Hamas Siap Bebaskan 33 Sandera Pertama Terkait Gencatan Senjata Gaza Besok Minggu
TEL AVIV, KOMPAS.com - Kelompok Hamas Palestina diperkirakan bakal membebaskan sandera pertama berdasarkan kesepakatan gencatan senjata Gaza pada Minggu (19/1/2025) besok.
Demikian dikatakan kantor Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada Jumat (17/1/2025).
Sebagaimana diberitakan Reuters, jika kesepakatan berhasil, gencatan senjata akan menghentikan perang Israel-Hamas yang telah menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza yang padat penduduk.
Perang di Gaza juga telah menewaskan lebih dari 46.000 orang, dan mengungsikan sebagian besar penduduk Jalur Gaza sebelum perang yang berjumlah 2,3 juta jiwa beberapa kali, menurut otoritas setempat.
Gencatan senjata ini juga dapat meredakan permusuhan di Timur Tengah, tempat perang Gaza menyebar hingga mencakup Iran dan proksinya, seperti Hizbullah Lebanon, Houthi Yaman, dan kelompok bersenjata di Irak serta Tepi Barat yang diduduki.
Berdasarkan fase pertama selama enam minggu dari kesepakatan tiga tahap tersebut, Hamas akan membebaskan 33 sandera Israel, termasuk semua wanita (tentara dan warga sipil), anak-anak, dan pria berusia di atas 50 tahun.
Israel akan membebaskan semua wanita dan anak-anak Palestina di bawah usia 19 tahun yang ditahan di penjara-penjara Israel pada akhir fase pertama.
Jumlah total warga Palestina yang dibebaskan akan bergantung pada sandera yang dibebaskan, dan bisa mencapai antara 990 dan 1.650 warga Palestina, termasuk pria, wanita, dan anak-anak.
Hamas mengatakan dalam sebuah pernyataan pada Jumat, hambatan yang muncul terkait dengan ketentuan perjanjian gencatan senjata Gaza telah teratasi.
Penerimaan Israel atas kesepakatan tersebut tidak akan resmi sampai disetujui oleh kabinet keamanan dan pemerintah negara tersebut.
Para menteri dipanggil ke rapat kabinet penuh pada pukul 13.30 waktu setempat pada Jumat, kata seorang pejabat yang mengetahui situasi tersebut.
"Perdana Menteri Benjamin Netanyahu diberitahu oleh tim perunding bahwa kesepakatan telah dicapai untuk membebaskan para sandera," kata kantornya dalam sebuah pernyataan.
Menggarisbawahi potensi hambatan yang dihadapi gencatan senjata terakhir, kelompok garis keras dalam koalisi Netanyahu telah menentang kesepakatan tersebut sebagai bentuk penyerahan diri kepada Hamas, yang telah menguasai Gaza.
Menteri Keamanan Nasional Itamar Ben-Gvir mengancam akan mengundurkan diri jika disetujui. Namun, ia mengatakan tidak akan menjatuhkan pemerintah.
Rekan garis kerasnya, Menteri Keuangan Bezalel Smotrich juga mengancam akan keluar dari pemerintah jika tidak kembali berperang untuk mengalahkan Hamas setelah fase gencatan senjata enam minggu pertama selesai.