Hanif bin Fachir, Figur di Balik Mewahnya Hotel Daroessalam Pasuruan
Berdiri di jantung kota Pasuruan, hotel mewah dengan nuansa klasik itu kerap jadi tujuan wisata sejarah. Sentuhan arsitektur bergaya Tionghoa-Indische menghiasi seluruh bangunan, menciptakan suasana yang seakan mengajak para pengunjung menelusuri asal-usulnya.
Hotel itu bernama Daroessalam Syariah Heritage Hotel. Berlokasi di Jalan Raya Soekarno-Hatta, Pasuruan, Jawa Timur. Kendati bangunannya sudah berusia ratusan tahun, rupanya hotel ini baru diresmikan pada 2018 silam. Sebelumnya ini adalah rumah keluarga pengusaha keturunan Yaman sejak tahun 1939.
Hanif bin Fachir adalah pewaris rumah yang kini menjelma sebagai hotel. Meski tidak lagi tinggal di sana, Hanif masih sering menyambangi hotel untuk memeriksa urusan operasional. Ia juga kerap terlihat berbagi cerita dengan pengunjung yang penasaran dengan sejarah rumah masa kecilnya itu.
"Kakek saya begitu beli rumah ini, dikasih nama Daroessalam. Artinya, rumah yang terbuka untuk siapa saja," jelas Hanif di program Sosok detikcom.
Menurut Hanif, sang kakek Muhammad bin Thalib memang punya kebiasaan mengundang siapa saja untuk turut menikmati hidangan makan siang atau makan malam di rumahnya. Tak hanya itu, sang kakek juga kerap mempersilakan orang-orang untuk beristirahat sejenak di rumahnya.
"Mereka biasanya pedagang-pedagang, ya. Yang ada kunjungan, musafir-musafir. Nanti bermalam sehari dua hari, ya mereka keluar," kenang Hanif.
Sebagai pewaris tunggal dan pengelola Daroessalam Syariah Heritage Hotel, Hanif mengaku senang dapat merawat dan memberdayakan rumah masa kecilnya itu. Selain memperpanjang usia rumah, Hanif juga ingin menjaga cagar budaya kota Pasuruan yang baginya begitu berharga.
"Bagaimana sekarang kita mengembalikan kejayaan Pasuruan ini seperti dulu gitu lho, (dengan melestarikan) bangunan-bangunan. Jangan sampai nggak terawat lah. Eman-eman," ucap Hanif.
Hanif bercerita, awalnya rumah tersebut milik seorang Tionghoa terpandang bernama Kwee Tjong Hook, pemilik pabrik gula terbesar di Pasuruan. Disinyalir, rumah antik itu selesai dibangun pada akhir abad ke-18.
Singkat cerita, rumah itu diwariskan kepada cucu dari Kwee Tjong Hook, yaitu Kwee Sik Po yang sempat diangkat menjadi Kapiten Tionghoa Pasuruan pada 1886 (Hongsien Tsao, n.d.).
"Kwee Sik Poo itu merupakan kapiten China yang pertama di Karesidenan Pasuruan. Jadi, terkenalnya rumah ini ya karena berkat Kwee Sik Poo yang diangkat Kapiten China oleh Belanda, ya," terang Hanif.
Pabrik gula keluarga Kwee mengalami kebangkrutan di tahun 1930-an, saat krisis ekonomi besar mengguncang Hindia-Belanda. Hal ini membuat harga ekspor gula ambruk dan banyak pengusaha gulung tikar. Sampai akhirnya rumah keluarga Kwee dilelang dan Muhammad bin Thalib menjadi pemilik baru rumah tersebut di tahun 1937.