Harga Cabai Rp 100.000 Per Kg, Pembeli Terpaksa Kurangi Makan Pedas
JAKARTA, KOMPAS.com - Pembeli cabai di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, mengeluhkan lonjakan harga cabai yang kini mencapai Rp 100.000 per kilogram.
Kenaikan harga ini membuat mereka merasa keberatan dan terpaksa mengurangi pembelian.
Seorang ibu rumah tangga, Mami (46) mengungkapkan, kenaikan harga cabai memaksanya untuk membeli lebih sedikit dibandingkan sebelumnya.
"Kalau biasanya lagi murah beli setengah kilo. Sekarang beli paling seperempat karena mahal," ujar Mami saat ditemui di Pasar Palmerah, Senin (6/1/2025).
Mami menambahkan, keluarganya sangat menyukai makanan pedas, sehingga setiap kali ke pasar, dia selalu membeli cabai sebagai bumbu masakan.
Namun, dengan adanya kenaikan harga, dia terpaksa mengurangi pembeliannya.
"Biasanya saya bawa uang Rp 100.000 tuh dapat macem-macem. Cabe setengah kilo, tempe, sayur, komplet. Ini bawa uang Rp 100.000 cuma bawang, cabe, sama satu ayam aja," jelasnya.
Kondisi serupa juga dialami oleh Wiwin (35), seorang penjual ayam penyet di rumahnya di Palmerah.
Wiwin mengaku, cabai merupakan salah satu bahan pokok yang sangat dibutuhkan untuk berjualan.
Dia mencatat harga cabai rawit hijau telah naik 100 persen, dari Rp 30.000 menjadi Rp 65.000 per kilogram.
"Ini Rp 65.000 sekilo, ini cabai rawit hijau biasa. Kalau biasanya mah paling Rp 30.000," kata Wiwin.
Kenaikan harga cabai ini berdampak pada cara penyajian makanan yang dia tawarkan.
Untuk menekan harga penjualan, Wiwin terpaksa mengurangi jumlah sambal yang disajikan kepada pelanggan.
"Iya (harus kurangi cabai) ke pelanggan, gimana lagi? Ngerti sih sebenarnya (pelanggan), pada tahu. Paling ya saya banyak-banyak minta maaf deh," tuturnya, Senin (6/1/2025).
Kenaikan harga cabai ini menjadi perhatian serius bagi para pembeli dan penjual di Pasar Palmerah, yang berharap harga dapat segera stabil kembali.