Harga Emas Menguat saat Pasar Cermati Komentar The Fed dan Data Tenaga Kerja AS
Bisnis.com, JAKARTA - Harga emas naik tipis setelah data menunjukkan bahwa penggajian swasta AS naik dengan kecepatan sedang pada bulan lalu. Sementara itu, investor juga sedang mencerna pernyataan dari Gubernur Federal Reserve (The Fed) Jerome Powell dan menantikan laporan upah nonpertanian pada Jumat waktu setempat.
Mengutip Reuters pada Kamis (5/12/2024), harga emas di pasar spot tercatat naik 0,4% menjadi US$2.654,03 per ons. Sementara itu, harga emas berjangka AS juga menguat 0,3% menjadi US$2.676,20.
"Harga emas melambung karena laporan ketenagakerjaan ADP mengecewakan, hanya sedikit di bawah konsensus. Pasar mengharapkan kenaikan lebih besar sebulan setelah badai dan pemogokan Boeing," kata Tai Wong, pedagang logam independen.
Laporan ketenagakerjaan ADP menunjukkan, jumlah pekerja swasta meningkat sebesar 146.000 bulan lalu. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan jumlah pekerja swasta meningkat sebesar 150.000 posisi.
Sementara itu, Gubernur The Fed Jerome Powell mengatakan kinerja ekonomi terkini akan memungkinkan bank sentral AS untuk lebih bijaksana dalam menentukan arah pemotongan suku bunga di masa mendatang.
Investor kini menunggu laporan penting penggajian AS pada hari Jumat dan data inflasi minggu depan untuk mendapatkan petunjuk tentang arah kebijakan Fed.
Kepala analis pasar di Gainesville Coins, Everett Millman menyebut, harga emas mengalami reaksi yang tidak terlalu kuat dengan sentimen-sentimen yang Ada saat ini. Menurutnya, dampak yang lebih kuat terhadap harga emas diharapkan berasal dari data penggajian nonpertanian AS yang akan datang.
"Jika data menunjukkan melemahnya lapangan kerja, hal itu akan mendukung harga," ujarnya.
Bankir sentral AS pada hari Selasa mengisyaratkan inflasi secara bertahap menuju target 2%, mengisyaratkan potensi penurunan suku bunga.
Para pedagang memperkirakan peluang 77% dari penurunan suku bunga sebesar 25 basis poin pada pertemuan Fed tanggal 17-18 Desember. Emas batangan, yang tidak membayar bunga apa pun, secara historis berkinerja baik dalam lingkungan suku bunga rendah.
Emas sebagai aset safe haven juga didukung oleh keresahan geopolitik global, termasuk kekacauan politik Korea Selatan, pemerintahan Prancis yang menghadapi keruntuhan, serangan pesawat tak berawak Rusia yang gencar di Ukraina, dan Israel yang mengancam perang dengan Lebanon jika gencatan senjata dengan Hizbullah runtuh.