Harga Minyak Dunia ke Zona Merah Setelah Naik 1,44%
Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia pagi ini berbalik ke zona merah setelah kemarin menguat lebih dari 1% karena risiko geopolitik yang lebih tinggi setelah jatuhnya Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Dilansir dari Bloomberg, harga minyak WTI untuk pengiriman Januari 2025 melemah -0,04% ke level US$68,34 per barel pada pukul 8.20 WIB. Sementara itu jenis Brent melemah 0,01% ke level US$72,13 per barel pada pukul 8.19 WIB.
Sementara itu, mengutip Reuters pada Selasa (10/12/2024), harga minyak mentah jenis Brent terpantau naik 1,4% atau US$1,02 pada perdagangan krmarin menjadi US$72,14 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate AS naik US$1,17, atau 1,7%, menjadi US$68,37.
"Peristiwa di Suriah selama akhir pekan dapat memengaruhi pasar minyak mentah dan meningkatkan premi risiko geopolitik pada harga minyak dalam beberapa minggu dan bulan mendatang di tengah ketidakstabilan yang lebih besar di kawasan Timur Tengah," kata Jorge Leon, kepala analisis geopolitik Rystad Energy.
Pemberontak Suriah mengatakan di televisi pemerintah pada Minggu (8/12/2024) kemarin bahwa mereka telah menggulingkan Assad, mengakhiri dinasti keluarga selama 50 tahun dan menimbulkan kekhawatiran akan ketidakstabilan lebih lanjut di wilayah yang dilanda perang.
Leon mengatakan, meskipun Suriah bukan produsen minyak utama, negara itu memiliki pengaruh geopolitik karena lokasinya dan hubungannya dengan Rusia dan Iran, dan bercampur dengan ketegangan di tempat lain di wilayah tersebut, perubahan rezim tersebut berpotensi meluas ke wilayah tetangga.
Dalam tanda-tanda awal gangguan di pasar minyak, data pelacakan kapal menunjukkan sebuah kapal tanker yang membawa minyak Iran ke Suriah berbalik arah di Laut Merah.
Sementara itu, China akan meningkatkan penyesuaian kontra-siklus "nonkonvensional", dengan fokus pada perluasan permintaan domestik dan peningkatan konsumsi, media pemerintah Xinhua melaporkan, mengutip hasil pertemuan pejabat tinggi Partai Komunis, Politbiro.
Pertumbuhan China telah terhenti karena kemerosotan di pasar properti telah memukul kepercayaan dan konsumsi. Kebijakan pelonggaran mengacu pada tindakan oleh bank sentral atau pemerintah untuk meningkatkan pertumbuhan, seperti meningkatkan pasokan uang, menurunkan suku bunga, dan menerapkan stimulus fiskal.
Para pedagang juga tetap fokus pada data inflasi AS yang diharapkan akhir minggu ini yang dapat memperkuat pemangkasan suku bunga Desember oleh Federal Reserve minggu depan.
Suku bunga yang lebih rendah menurunkan biaya pinjaman, yang dapat meningkatkan aktivitas ekonomi dan memacu permintaan minyak.