Harga Minyak Dunia Mendingin saat Pasar Cermati Kemenangan Trump di Pilpres AS

Harga Minyak Dunia Mendingin saat Pasar Cermati Kemenangan Trump di Pilpres AS

Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak dunia terpantau melemah seiring dengan sikap investor yang mempertimbangkan penguatan dolar AS terhadap potensi rencana kebijakan luar negeri Presiden terpilih Donald Trump yang dapat menekan pasokan minyak global.

Mengutip Reuters pada Kamis (7/11/2024), harga minyak jenis Brent turun 0,81% atau 61 sen menjadi US$74,92 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS juga melemah 0,42% menjadi US$71,69.

Terpilihnya Trump memicu aksi jual besar-besaran yang mendorong harga minyak turun lebih dari US$2 per barel pada awal perdagangan karena dolar AS menguat, yang saat ini berada pada level tertinggi sejak September 2022.

Penguatan dolar membuat komoditas dalam mata uang greenback seperti minyak menjadi lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya dan cenderung membebani harga.

“Seluruh kegembiraan dan antusiasme penjualan awal telah berkurang, dan saya pikir ada lebih banyak keuntungan dibandingkan kerugian dalam jangka pendek,” kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, mencatat bahwa investor pada hari Rabu lebih memperhatikan jangka pendek dan prospek permintaan.

John Kilduff, Partner di Again Capital New York menyebut, ada reaksi berlebihan terhadap hasil pemilu, dan kemenangan Trump dapat menyebabkan industri AS terlupakan dan menyebabkan kelebihan pasokan.

“Tetapi sikap yang lebih tenang telah terjadi dan pasar ini menghadapi banyak masalah,” tambahnya, seraya menyebutkan perang di Timur Tengah sebagai faktor pendukung karena dapat membebani pasokan.

Terpilihnya kembali Trump juga bisa berarti pembaruan sanksi terhadap Iran dan Venezuela, menghilangkan minyak dari pasar, yang akan menjadi bullish, kata analis UBS Giovanni Staunovo.

Iran adalah anggota OPEC dengan produksi sekitar 3,2 juta barel per hari, atau 3% dari produksi global. Namun, tindakan keras terhadap Iran mungkin akan lebih sulit karena negara tersebut sudah mahir menghindari sanksi, kata Alex Hodes, analis minyak di perusahaan pialang StoneX, dalam sebuah catatan.

Dukungan Trump terhadap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dapat meningkatkan ketidakstabilan di Timur Tengah, menurut Andrew Lipow, presiden Lipow Oil Associates.

Hal ini dapat meningkatkan harga minyak karena investor memperkirakan potensi gangguan terhadap pasokan minyak global. Trump diperkirakan akan terus mempersenjatai Israel.

Namun, selain pemilu AS dan ketidakpastian geopolitik, tren yang terus-menerus di pasar minyak kemungkinan akan membentuk prospek ke depan, kata Mukesh Sahdev, Global Head of Commodity Markets, Oil di Rystad Energy, dalam sebuah catatan.

Sahdev menyebut, OPEC+ masih memegang kendali, margin kilang melawan melemahnya permintaan, dan pasokan yang lebih tinggi serta arus perdagangan minyak terus melawan inefisiensi.

Sementara itu, Energy Information Administration AS menyebut, persediaan minyak mentah, bensin, dan sulingan AS meningkat minggu lalu. 

Persediaan minyak mentah naik 2,1 juta barel menjadi 427,7 juta barel dalam pekan yang berakhir 1 November, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters yang memperkirakan kenaikan 1,1 juta barel.

Sumber