Harga Minyak Mentah Melonjak Dipicu Sanksi Rusia dan Stok AS Turun

Harga Minyak Mentah Melonjak Dipicu Sanksi Rusia dan Stok AS Turun

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia menembus level US$80 per barel untuk pertama kalinya sejak Agustus 2024 pada perdagangan Rabu (15/1/2025).

Penguatan ini didorong oleh penurunan tajam stok minyak Amerika Serikat (AS) dan sanksi baru terhadap Rusia yang mulai mengguncang rantai pasokan minyak mentah global.

Berdasarkan data Bloomberg, harga minyak mentah berjangka Brent ditutup menguat naik US$2,11 atau 2,64% ke level US$82,03 per barel, tertinggi sejak Agustus 2024.

Sementara itu, minyak mentah mentah AS, West Texas Intermediate (WTI), ditutup menguat US$2,54 atau 3,28% ke US$80,04 per barel, level tertinggi sejak Juli 2024.

Negara-negara seperti India telah melarang penggunaan kapal tanker Rusia yang terkena sanksi, sementara perusahaan di China bersiap menghadapi gangguan pasokan dengan meningkatkan pembelian kargo dari Timur Tengah dan kawasan lainnya.

Lonjakan biaya pengiriman dan pergeseran pola harga minyak fisik di AS turut mempercepat kenaikan harga minyak.

Selama delapan pekan terakhir, stok minyak AS terus menurun hingga mencapai level terendah sejak April, membalikkan perkiraan surplus global yang signifikan.

Namun, wakil presiden senior BOK Financial Securities Dennis Kissler mengatakan kenaikan harga ini diperkirakan akan mencapai puncaknya di angka US$81 per barel. Indikator teknis menunjukkan harga minyak mendekati zona overbought pada indeks kekuatan relatif 14 hari.

Harga bensin berjangka turut melonjak ke level tertinggi sejak Agustus setelah Colonial Pipeline Co. menghentikan operasi salah satu jaringan pipa bahan bakar terbesar di AS akibat kemungkinan kebocoran di Georgia.

Jalur pipa ini biasanya mengangkut 1,5 juta barel bensin per hari dari Houston ke Greensboro, dan diperkirakan tetap tidak beroperasi hingga akhir pekan.

Di sisi lain, Badan Energi Internasional (IEA) pada Rabu merevisi prediksi surplus pasar minyak global, dengan proyeksi stok meningkat 725.000 barel per hari, lebih kecil dari estimasi sebelumnya sebesar lebih dari 1 juta barel per hari.

Pasar juga sedang menganalisis dampak kebijakan Presiden terpilih Donald Trump di masa jabatan keduanya, termasuk langkah untuk memperketat ekspor minyak Iran, kemungkinan pengenaan tarif baru untuk minyak Kanada, serta insentif produksi domestik.

Sementara itu, kesepakatan gencatan senjata antara Israel dan Hamas telah dicapai, membawa jeda sementara bagi konflik panjang selama 15 bulan yang sempat memengaruhi perdagangan minyak global.

Meski demikian, pasar tidak terlalu bereaksi karena telah memperhitungkan kemungkinan ini sejak rancangan kesepakatan diumumkan sehari sebelumnya.

Sumber