Harga Minyak Mentah Tergelincir meski OPEC+ Lanjutkan Pemangkasan Produksi

Harga Minyak Mentah Tergelincir meski OPEC+ Lanjutkan Pemangkasan Produksi

Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah tergelincir pada awal perdagangan Jumat (6/12/2024) di tengah kekhawatiran permintaan usai OPEC+ menunda rencana kenaikan pasokan dan memperpanjang pemangkasan produksi hingga akhir 2026.

Melansir Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 9 sen atau 0,1% ke level US$72 per barel pada pukul 8.16 WIB. Adapun minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS turun 4 sen atau 0,1% ke level US$68,27 per barel.

Sepanjang pekan ini, harga minyak Brent telah melemah turun lebih dari 1%, sementara WTI bertahan dengan kenaikan marjinal 0,1%.

Pada Kamis (5/12), Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya atau OPEC+ menunda dimulainya kenaikan produksi minyak selama tiga bulan hingga April dan memperpanjang pemangkasan produksi selama satu tahun hingga akhir 2026.

OPEC+, yang bertanggung jawab atas sekitar setengah dari produksi minyak dunia, berencana untuk mulai mengurangi pemangkasan mulai Oktober 2024, tetapi perlambatan permintaan global -terutama di China- dan peningkatan produksi di negara lain memaksa mereka untuk menunda rencana tersebut beberapa kali.

“Pengumuman ini memperjelas bahwa kelompok ini mengkhawatirkan potensi kelebihan pasokan dan kurangnya kepatuhan terhadap target produksi di antara negara-negara anggota,” kata kepala analisis minyak Rystad Energy Mukesh Sahdev, seperti dikutip Reuters.

Sementara itu, tim analis FGE mengatakan perpanjangan pemangkasan produksi terbaru ini menempatkan produksi OPEC+ di bawah perkiraan bank-bank besar sebelumnya, yang dapat memberikan dukungan untuk pasar ke depannya.

Adapun analis energi di bank Inggris Amarpreet Singh mengatakan hasil bersih dari perpanjangan pemangkasan suplai adalah pengurangan 500.000 barel per hari dari ekspektasi Barclays sebelumnya untuk surplus minyak 900.000 bph untuk tahun depan.

“Reaksi harga langsung telah diredam, kemungkinan mencerminkan antusiasme yang terbatas di antara para pelaku pasar bahwa hal ini akan cukup untuk melawan permintaan yang lemah, sehingga permainan menunggu untuk peningkatan prospek permintaan terus berlanjut,” kata Singh.

Sumber