Hari Ini, Evakuasi Besar-besaran Warga di 3 Desa Sekitar Gunung Ibu
HALMAHERA BARAT, KOMPAS.com - Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat, akan melakukan evakuasi besar-besaran terhadap warga di dalam radius bahaya erupsi Gunung Ibu, pada Sabtu (18/1/2025) ini.
Evakuasi besar-besaran akan dilakukan terhadap warga di tiga desa, yaitu Todoke, Tuguis, dan Soa Sangaji.
"Jadi, direncanakan besok (hari ini) itu akan terjadi evakuasi paling besar-besaran. Karena malam ini setelah kami berupaya, mereka meminta besok saja."
Demikian penjelasan Sekretaris BPBD Kabupaten Halmahera Barat, Ade Fabanyo, saat ditemui di lokasi pengungsian, kemarin malam.
Sebelumnya, pada Jumat (17/1/2025) sekitar pukul 22.41 WIT, warga Desa Borona dan Togoreba Sungi pun menolak untuk dievakuasi ke tempat pengungsian.
Namun akhirnya mereka bersedia dievakuasi. Pengungsi tersebut didominasi oleh wanita, lansia, dan anak-anak.
Sebelumnya, PVMBG telah merekomendasikan enam desa untuk dievakuasi ke tempat aman, mengingat status Gunung Api Ibu yang telah naik dari level III Siaga menjadi level IV Awas.
Warga Desa Borona yang terdiri dari 18 jiwa itu kini telah menempati pos pengungsian di kantor Desa Tongute Sungi.
Sementara itu, warga Desa Togoreba Sungi yang berjumlah 45 jiwa kini menempati gedung gereja tua di Desa Akesibu.
Pemerintah Kabupaten Halmahera Barat, melalui Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), TNI, dan Polri, berhasil membujuk warga dari dua desa tersebut untuk menempati lokasi aman.
Dua truk milik TNI dikerahkan untuk mengevakuasi warga dari kedua desa ini.
Saat ini, total pengungsi yang telah menempati pos pengungsian mencapai 284 jiwa, dengan tiga desa yang masih terancam, yaitu Desa Sangaji Nyeku, Borona, dan Togoreba Sungi.
Dari enam desa yang direkomendasikan untuk dievakuasi, diperkirakan jumlah keseluruhan pengungsi dapat mencapai 3.000 jiwa.
"Untuk sementara pada malam ini, ada pengungsi yang datang berasal dari Desa Borona sebanyak 18 jiwa dan Togoreba Sungi sebanyak 45 jiwa. Baru malam ini mereka mau."
Sebelumnya, proses evakuasi dilakukan dengan pendekatan persuasif, baik secara langsung maupun melalui tokoh masyarakat dan tokoh agama.
Sosialisasi dan pemahaman mengenai bahaya erupsi Gunung Ibu juga dilakukan, mengingat warga masih bertahan di desa mereka yang masuk dalam radius bahaya.
"Melalui pemerintah daerah, kami melakukan rapat bersama kepala desa, pendeta, dan seluruh stakeholder."
"Kemudian kembali melakukan pendekatan pada masyarakat hingga mereka menyadari bahaya dari erupsi Gunung Ibu yang naik statusnya ke level IV Awas," sebut Ade.