Heboh Dugaan Perbudakan di Pabrik BYD di Brasil dan Investasi China

Heboh Dugaan Perbudakan di Pabrik BYD di Brasil dan Investasi China

Termometer menunjukkan lebih dari 30 derajat Celsius pada dini hari tanggal 23 Desember, ketika otoritas Brasil muncul di lokasi konstruksi pabrik baru raksasa mobil BYD di Camacari, di negara bagian Bahia.

Penyelidik Tenaga Kerja Brasil MTP mengatakan kepada DW bahwa mereka menyelamatkan 163 pekerja Cina dari kondisi kerja yang "mirip perbudakan" dan kondisi hidup jauh dari layak di lokasi tersebut.

Kantor Kejaksaan MTP menuduh perusahaan menahan paspor pekerja dan menahan 60% dari upah mereka. Sementara sisa upah yang 40% akan dibayarkan dalam mata uang Cina. Setelah pihak berwenang mengklaim bahwa para pekerja tersebut adalah korban perdagangan manusia internasional, pabrik tersebut ditutup. Pabrik tersebut seharusnya dibuka pada tahun 2025.

Ke-163 pekerja yang diselamatkan itu kemudian ditempatkan sementara di hotel. Beberapa hari kemudian, pemerintah Brasil berhenti mengeluarkan visa kerja sementara untuk BYD. Produsen mobil itu mengatakan bahwa mereka bekerja sama dengan pihak berwenang Brasil dan tidak akan menoleransi tindakan tidak hormat terhadap hukum dan martabat manusia Brasil.

Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!

Para ahli mengatakan kepada DW bahwa kasus tersebut mempertentangkan pentingnya investasi Cina dengan menegakkan standar lokal.

"Tindakan ini menjadi lebih penting karena dilakukan di sebuah perusahaan yang menikmati dukungan politik yang kuat, baik di pemerintah federal maupun di Bahia, karena pentingnya investasinya di Brasil bagi proyek reindustrialisasi Presiden Lula," kata Mauricio Santoro, ilmuwan politik dan profesor hubungan internasional di Universitas Negeri Rio de Janeiro.

Awal minggu ini, para penyelidik MTP bertemu dengan perwakilan BYD dan perusahaan-perusahaan yang terlibat dalam proyek pembangunan tersebut.

Semua pekerja yang berhasil diselamatkan telah menerima pembayaran pemutusan hubungan kerja dan kembali ke Cina. Laporan tentang inspeksi lokasi akan diselesaikan minggu depan, dan kompensasi bagi para pekerja akan dibahas pada pertemuan berikutnya.

Menggunakan pekerja dari Cina untuk membangun pabrik BYD mirip dengan cara perusahaan multinasional Cina beroperasi di Afrika dan negara-negara Amerika Latin lainnya, kata Paulo Feldmann, ekonom dan profesor di Sekolah Bisnis FIA di Sao Paulo.

Praktik tersebut tidak mendatangkan banyak manfaat bagi negara penerima investasi, ungkapnya kepada DW.

"Bagi Brasil, akan lebih baik jika para pekerja ini berasal dari daerah setempat, karena mereka akan mendapat penghasilan untuk diri sendiri dan keluarga, dampak positif bagi masyarakat, dan pelatihan profesional yang akan mereka peroleh. Kondisi kerja mereka juga akan lebih mudah dipantau," kata Paulo Feldmann.

Camacari, kota berpenduduk 300.000 jiwa di dekat ibu kota negara bagian Salvador da Bahia, sebelumnya merupakan lokasi pabrik mobil Ford selama 20 tahun. Namun, pabrik tersebut ditutup pada tahun 2021, dan produsen mobil AS tersebut menghentikan produksi di Brasil.

Penutupan pabrik tersebut terjadi bersamaan dengan kemerosotan produksi industri Brasil, yang pada tahun 2021 hanya mencapai 11% dari PDB.

Ketika Luiz Inacio Lula da Silva terpilih sebagai presiden pada tahun 2022 dengan janji melakukan reindustrialisasi Brasil, pemerintahannya mencari perusahaan mitra yang tertarik untuk mendirikan pabrik.

Pada tahun 2023, produsen mobil listrik asal Cina, BYD, mengumumkan investasi sebesar $484 juta di pabrik baru untuk memproduksi kendaraan listriknya di sebagian lahan yang dulunya milik Ford.

"Ini adalah investasi besar yang menunjukkan bahwa merek tersebut telah hadir untuk berjuang secara terstruktur di pasar otomotif Brasil," kata Milad Kalume Neto, konsultan otomotif, kepada DW. Kedatangan BYD juga membawa harapan bagi ekonomi lokal.

"Ford mendirikan sejumlah perusahaan untuk mendukung operasinya. Bukan hanya pemasok, tetapi perusahaan kecil untuk menyediakan layanan. Dengan hengkangnya perusahaan tersebut, perusahaan-perusahaan ini harus mengurangi aktivitas mereka dan sekarang mereka punya kesempatan lain untuk bekerja untuk produsen mobil besar," tambahnya.

Reaksi publik di Cina terhadap kasus BYD terbagi antara skeptisisme tentang tuduhan asing dan perdebatan tentang hak-hak buruh di negara tersebut.

Setelah skandal tersebut, BYD dan kontraktornya, Jinjiang Group, telah membantah tuduhan tersebut. Mereka menyebutnya sebagai bagian dari kampanye pencemaran nama baik terhadap merek-merek Cina, sebuah narasi yang didukung oleh banyak nasionalis Cina.

"Ketika seseorang memang ingin menuduh Anda, mereka tidak akan kekurangan alasan," kata Li Yunfei, manajer umum departemen merek dan hubungan masyarakat BYD Group, di platform mikrobloging Weibo yang populer di Cina.

Li menuduh kekuatan asing dengan sengaja mencoreng citra Cina dan mencoba merusak hubungan negaranya dengan Brasil.

Jinjiang Group juga merilis sebuah video di mana para pekerja Cina membaca sebuah pernyataan, dengan cap jempol, yang menyatakan bahwa mendapatkan label "diperbudak" secara tidak adil telah membuat karyawan mereka merasa sangat terhina dan merugikan martabat orang-orang di Cina.

Pasar tenaga kerja Cina terkenal dengan apa yang disebut budaya kerja "996", yang melibatkan jam kerja mulai pukul 9 pagi hingga 9 malam, enam hari seminggu. Sistem kerja yang melanggar undang-undang ketenagakerjaan ini lazim ditemui di sektor teknologi.

Meskipun kasus ini berdampak internasional, tindakan otoritas Brasil dalam kasus BYD diharapkan tidak akan menghalangi lebih banyak investasi Cina di Brasil, kata ekonom Feldmann.

"Pasar Brasil sangat menarik bagi perusahaan Cina. Mereka datang ke Brasil terutama karena pasar ini. Saya berpikir hubungan antara Brasil dan Cina tidak terancam karena masalah ini," katanya.

Mauricio Santoro, ilmuwan politik dan profesor hubungan internasional di Universitas Negeri Rio de Janeiro, berharap insiden ini menjadi pelajaran bagi investor Cina tentang independensi kekuasaan di Brasil.

"Mereka telah belajar bahwa terlepas dari kesepakatan dengan para pemimpin politik, jaksa dan pengadilan akan bertindak dengan cara sendiri dan menegakkan undang-undang ketenagakerjaan. Sisi optimisnya, ini dapat mencegah pelanggaran lebih lanjut," katanya.

Diadaptasi dari artikel DW berbahasa Inggris

Tonton juga video Tes Lengkap BYD M6 Superior Layak jadi Mobil Listrik Sejuta Umat

[Gambas Video 20detik]

Sumber