Hujan Berdurasi Panjang Berpotensi Terjadi Sepanjang Libur Natal dan Tahun Baru 2025
JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa hujan masih akan rutin terjadi sepanjang periode libur Hari Raya Natal 2024 dan Tahun Baru 2025.
Prakirawan Cuaca BMKG Idhan Abu Bakar menjelaskan, hal tersebut karena puncak musim hujan saat ini terjadi pada periode Desember 2024 hingga Februari 2025.
“Untuk di periode Nataru ini sendiri, menurut laporan dari klimatologi BMKG, untuk potensi, ini memang di sebagian besar wilayah Indonesia ini untuk puncak musim hujan itu terjadi di Desember hingga Februari,” ujar Idhan dalam program Obrolan News Room Kompas.com, Rabu (11/12/2024).
“Jadi memang untuk di periode-periode tersebut, di sebagian besar wilayah Indonesia, untuk potensi hujannya itu akan cukup tinggi dan durasi hujannya juga cukup lama seperti itu,” sambungnya.
Berdasarkan hasil pemantauan BMKG, kata Idhan, terdapat tiga bibit siklon tropis di wilayah selatan Indonesia. Fenomena ini berdampak pada peningkatan curah hujan di wilayah Jawa, Bali hingga Nusa Tenggara Barat.
“Hal ini menyebabkan wilayah-wilayah khususnya di selatan Indonesia ini terjadi penumpukan awan-awan hujan seperti itu,” kata Idhan.
Selain itu, lanjut Idhan, terdapat pula fenomena sirkulasi siklonik atau pusaran angin yang membawa hujan di wilayah Laut Cina Selatan. Kondisi tersebut akhirnya membuat wilayah Sumatera bagian utara hingga tengah.
“Hal ini juga menyebabkan wilayah Kalimantan Barat itu juga untuk intensitas hujannya juga cukup tinggi,” kata Idhan.
Meski begitu, Idhan menekankan bahwa curah hujan yang terjadi pada momentum pergantian tahun 2024 ke 2025 diperkirakan tidak akan setinggi 2019 ke 2020.
Dia mengungkapkan hujan pada malam pergantian tahun 2019 ke 2020 tercatat sebagai hujan yang tertinggi dalam kurun waktu beberapa tahun terakhir, yakni 377 milimeter dalam 24 jam.
“Prediksi untuk di tahun baru ini memang masih ada potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat seperti itu. Namun, jika menurut pantauan kami jika dibandingkan dengan tahun 2020 mungkin intensitasnya tidak setinggi itu,” pungkasnya.