Imbas Abu Vulkanik Lewotobi, Bandara Komodo Labuan Bajo Ditutup Lagi
LABUAN BAJO, KOMPAS.com - Bandara Labuan Bajo kembali ditutup pada Rabu (13/11/2024), imbas abu vulkanik Gunung Lewoloba Laki-laki. Sebelumnya, Bandara Komodo sempat dibuka pada Selasa (!2/11/2024).
Kepala Stasiun Meteorologi Komodo, Maria Seran, mengatakan bahwa abu vulkanik masih terdeteksi di Bandara Komodo. Hal ini berdasarkan hasil paper test yang dinyatakan positif terpapar abu vulkanik Gunung Lewotobi.
"Hasil paper test yang dilakukan oleh bandara itu hasilnya positif. Artinya bahwa sebaran abu vulkanik sampai ke permukaan tanah," kata Maria di Kantor Stasiun Meteorologi Komodo, Rabu siang.
Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenhub, Budi Rahardjo, menjelaskan bahwa penutupan Bandara Komodo karena sebaran abu vulkanik sehingga belum memenuhi aspek keselamatan untuk penerbangan.
"Demi alasan keselamatan, sejumlah maskapai membatalkan penerbangan pada rute-rute tersebut pada hari ini dan kami terus memantau perkembangan terkait hal ini," ujar Budi dalam keterangan tertulis yang diterima Rabu sore.
Ia menjelaskan bahwa saat ini jalur laut menjadi alternatif bagi orang yang mau keluar dari Labuan Bajo.
"Berdasarkan data dari Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Bandara Kelas III Labuan Bajo, sejak 10 November hingga 12 November pukul 08.00 WITA, sebanyak 73 kapal perbantuan sudah dikerahkan dan sebanyak 1.668 masyarakat telah menggunakan perbantuan kapal ini untuk transportasi keluar dari Labuan Bajo," ujar Budi.
Ia membeberkan, terdapat lima pelabuhan yang menjadi destinasi kapal perbantuan. Empat di antaranya adalah pelabuhan yang berlokasi di Nusa Tenggara Barat (NTB), yakni Pelabuhan Sape, Pelabuhan Labuhan Lombok, Pelabuhan Lembar, dan Pelabuhan Bima.
Sementara, satu pelabuhan tujuan lainnya merupakan Pelabuhan Benoa yang terletak di Provinsi Bali.
Ia mengingatkan agar masyarakat tetap tenang dan mengutamakan keselamatan dalam mengakses transportasi dari dan menuju Labuan Bajo, baik itu melalui jalur udara, darat, maupun laut.
Akses laut dan darat dapat digunakan sebagai alternatif menunggu dibukanya kembali jalur udara.
"Masyarakat dapat memanfaatkan kapal perbantuan terlebih dahulu menuju NTB dan Bali. Setelah itu, mengambil penerbangan melalui dua lokasi tersebut," jelas Budi.