Impor Beras Dilarang, Bulog Bakal Serap Hasil Petani Lokal 3,5 Kali Lebih Banyak

Impor Beras Dilarang, Bulog Bakal Serap Hasil Petani Lokal 3,5 Kali Lebih Banyak

SEMARANG, KOMPAS.com - Perusahaan Umum Badan Urusan Logistik (Bulog) menargetkan penyerapan beras dan gabah dari petani lokal naik 3,5 kali lipat, menyusul penghentian impor beras mulai 2025.

Direktur Bisnis Perum Bulog, Febby Novita mengatakan selama ini impor digunakan untuk stok beras cadangan.

Sementara penyerapannya untuk kebutuhan utama tetap memprioritaskan hasil dalam negeri.

Lantaran tidak lagi mengimpor cadangan dari luar negeri, pemerintah dan Bulog berencana untuk menyerap gabah dan beras sebanyak-banyaknya dari petani lokal.

"Sebanyak apa pun sesuai kebutuhan stok cadangan beras pemerintah dan kapasitas bulog, dan kapasitas penjualan, kita serap. Kalau impor itu sebenarnya buat cadangan ya," kata Febby di kantor Wilayah Bulog Jawa Tengah usai penandatanganan perjanjian kerja sama dengan PT SRC Indonesia Sembilan, Selasa (7/1/2025).

 

Dia menyampaikan beras atau produk pangan Bulog yang dijual dengan pedagang UMKM, termasuk pemilik toko kelontong binaan SRC merupakan produk dari lokal.

"Jadi kalau untuk program-program seperti ini sebenarnya dari dulu juga Bulog itu mengutamakan produksi dalam negeri. Cadangan itu sebenarnya juga ada aturannya, enggak sembarangan dikeluarkan ya," tegas Febby.

Febby menambahkan saat ini stok beras Bulog dalam kondisi aman hingga akhir tahun 2025 mencapai 2 juta ton.

Untuk itu dia tidak mengkhawatirkan penghentian impor beras.

"Pokoknya sesuai yang diperintahkan regulator Bapanas, stoknya di atas 1,2 juta ton sampai 2 juta ton, itu cukup," lanjut dia.

Sementara itu, Pimpinan Wilayah Bulog Jateng, Sopran Kenedi senada. Meski impor beras dihentikan, dia memastikan stok beras Jateng masih aman sampai April 2025, yaitu 140 ribu ton.

Namun demikian, dia menyebut setelah diberlakukannya larangan impor beras pada 2025, Bulog Jateng menargetkan penyerapan 350 ribu ton beras dan gabah dari petani lokal.

"Ya kita ditargetkan 3,5 juta ton seluruh Indonesia, khusus di Jateng 350 ribu ton penyerapan, nanti ada penyerapan dalam bentuk gabah dan di daerah-daerah yang belum ada serapan. Naiknya jauh, 3,5 kali lipat. Insya Allah saya yakin bisa karena Kementan juga lagi menaikan proses produksinya ada penambahan area tanam," tutur Sopran.

Lebih lanjut, hasil serapan beras dan gabah dari wilayah Jateng itu nantinya diprioritaskan untuk wilayah Jateng dan juga Yogyakarta.

Kemudian sisa penyerapan baru dapat dikirim untuk daerah lain yang masih kekurangan suplai.

"Artinya prioritas yang dikelola Bulog Jateng ini diprioritaskan  untuk  penyaluran di wilayah Jawa Tengah dan  beberapa akan kita suplai untuk kebutuhan di DIY  karena wilayah Banyumas, Magelang ikut DIY. Kalau ada kelebihan penyerapan  produksi, akan kita sebarkan ke wilayah lain yang defisit. Jadi Jateng jadi supply chain," tandas dia.

 

Sebelumnya diberitakan, Menteri Koordinator Bidang Pangan Indonesia, Zulkifli Hasan (Zulhas) pada tanggal 31 Desember 2024 di Semarang mengungkapkan hasil rapat dengan  Presiden untuk menghentikan impor empat komoditi.

"Besok nih kan sudah tahun depan, 2025, sudah berlaku tidak impor beras, tidak impor gula untuk konsumsi, tidak impor jagung untuk pakan ternak, tidak impor garam," kata Zulhas di Semarang, Selasa (31/12/2024).

Sumber