Industri Semen Diramal Tumbuh Tipis, Intip Rekomendasi Saham SMGR INTP

Industri Semen Diramal Tumbuh Tipis, Intip Rekomendasi Saham SMGR  INTP

Bisnis.com, JAKARTA – Industri semen diproyeksikan hanya meraih pertumbuhan penjualan sebesar 2,3% secara tahunan pada 2025, lantaran kondisi stagnan penjualan semen kantong dan melambatnya pertumbuhan semen curah. Kondisi itu berdampak terhadap prospek saham dua emiten semen berskala jumbo.

Analis BRI Danareksa Sekuritas Richard Jerry menuturkan penjualan semen kantong hampir tidak mengalami perubahan dengan proyeksi penurunan 0,3% year on year (YoY) pada 2025, dibandingkan koreksi 1,6% yang terjadi hingga Oktober 2024.

Sementara itu, pertumbuhan semen curah yang sebelumnya mencapai 9,1% hingga Oktober 2024 diperkirakan bakal melambat menjadi 8% YoY pada tahun ini.

“Daya beli konsumen masih akan lemah. Program pemerintah yang dirancang untuk mendukung rumah tangga berpenghasilan rendah membutuhkan waktu lebih lama untuk berdampak langsung pada pengeluaran rumah tangga, khususnya dalam renovasi atau pembangunan rumah,” ujarnya dalam riset, Selasa (7/1/2025). 

Segmen semen curah, kata Richard, diprediksi terpengaruh oleh pengurangan anggaran infrastruktur sebesar 5% YoY, dengan penurunan signifikan pada anggaran Kementerian PUPR hingga 31% YoY dan proyek IKN Nusantara 64% YoY.

Dia menilai, meski program 3 juta rumah besutan pemerintah diharapkan dapat mengerek volume penjualan, skenario ini belum dimasukkan dalam proyeksi karena masih minimnya kejelasan terkait implementasi program tersebut.

Sementara itu, dari sisi harga jual rata-rata (average selling price/ASP), industri semen diperkirakan hanya mengalami kenaikan terbatas sebesar 0,5% hingga 1% YoY.

Menurutnya, pemulihan harga pada semen kantong didorong oleh pertumbuhan volume yang lebih baik dari kontraksi yang dialami pada 2024.

Sampai dengan November 2024, harga rata-rata semen kantong mencatatkan kenaikan sebesar 2%-3% dari level terendahnya pada April 2024. Meskipun hal tersebut masih lebih rendah sekitar 1% dibandingkan harga per Desember 2023.

Namun, perbaikan ASP akan tertahan oleh peningkatan rasio penjualan semen curah yang lebih tinggi. Selain itu, kontribusi merek kedua (fighting brand), yang mencakup 15%-25% dari total penjualan hingga kuartal III/2024, turut jadi faktor penekan.

“Merek kedua dijual dengan harga yang lebih murah, yakni 12%-25% dibandingkan merek utama. Tren ini, yang dikenal sebagai downtrading, diperkirakan masih akan berlanjut di tengah stagnannya pasar semen kantong,” pungkas Richard.

Melihat minimnya katalis pertumbuhan yang signifikan, Richard mempertahankan rekomendasi netral untuk saham sektor semen pada 2025, meskipun volume penjualan pada paruh kedua tahun lalu telah menunjukkan perbaikan. 

BRI Danareksa Sekuritas menyematkan rekomendasi beli untuk saham PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk. (INTP) dengan target harga Rp8.800 per saham. Peringkat ini diberikan karena INTP dinilai mampu mengelola biaya operasionalnya.

Sementara itu, peringkat tahan alias hold tetap diberikan kepada PT Semen Indonesia (Persero) Tbk. (SMGR) atau SIG dengan target harga Rp3.900 per saham.

Sumber