Ini Bahaya bagi Warga Palestina jika Israel Mulai Larang UNRWA Beroperasi
TEL AVIV, KOMPAS.com - Ada bahaya bagi warga Palestina jika Israel mulai melarang UNRWA beroperasi.
Israel diketahui telah secara resmi memberi tahu Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang keputusannya untuk memutuskan hubungan dengan badan yang membantu pengungsi Palestina tersebut.
Hal itu terjadi usai para anggota parlemen Israel memutuskan untuk melarang UNRWA beroperasi.
Larangan yang telah memicu kecaman global, termasuk dari pendukung utama Israel, yakni Amerika Serikat, tersebut akan mulai berlaku pada akhir Januari 2025.
Dewan Keamanan PBB memperingatkan, hal itu akan memiliki konsekuensi yang parah bagi jutaan warga Palestina.
Israel menuduh selusin karyawan UNRWA berpartisipasi dalam serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, yang merupakan serangan paling mematikan dalam sejarah Israel.
UNRWA memecat sembilan karyawannya setelah serangan yang memicu perang Gaza tersebut menyusul tuduhan itu.
“Atas instruksi Menteri Luar Negeri Israel Katz, kementerian Luar Negeri memberitahukan kepada PBB mengenai pembatalan perjanjian antara Negara Israel dan UNRWA,” kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir AFP.
Katz menuding bahwa UNRWA adalah bagian dari masalah di Jalur Gaza dan bukan bagian dari solusi.
Juru bicara UNRWA, Jonathan Fowler, mengatakan larangan oleh Israel tersebut mungkin akan menyebabkan terhentinya upaya penyediaan bantuan ke Jalur Gaza.
“Jika undang-undang ini diterapkan, kemungkinan besar akan menyebabkan runtuhnya operasi kemanusiaan internasional di Jalur Gaza, operasi yang menjadi tulang punggung UNRWA,” kata Fowler kepada AFP.
“Hal ini juga akan menyebabkan runtuhnya layanan-layanan penting yang disediakan oleh UNRWA di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, termasuk pendidikan, perawatan kesehatan, dan sanitasi," tambahnya.
Namun, Israel telah menolak argumen tentang Gaza.
Mereka mengatakan hanya sebagian bantuan yang dikirim ke wilayah tersebut oleh UNRWA.
“Negara Israel berkomitmen pada hukum internasional dan akan terus memfasilitasi masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza dengan cara yang tidak membahayakan keamanan warga Israel,” kata Menlu Israel, Israel Katz.
Penduduk kamp Nur Shams di Tepi Barat yang diduduki Israel merasa khawatir akan masa depan mereka setelah serangan Israel pekan lalu merusak kantor UNRWA di sana.
Sebanyak 13.000 penduduk kamp yang terletak di dekat kota Tulkarem di bagian utara Tepi Barat itu sangat bergantung pada UNRWA.
“Bagi kami, UNRWA atau tidak sama sekali,” kata Shafiq Ahmad Jad, yang mengelola sebuah toko telepon di kamp tersebut, kepada AFP.
“Bagi para pengungsi, UNRWA menjadi ibu mereka. Jadi bayangkan jika mereka kehilangan ibu mereka," kata Hanadi Jabr Abu Taqa, seorang pejabat badan yang bertanggung jawab atas Tepi Barat bagian utara.
Serangkaian penyelidikan, termasuk yang dipimpin oleh mantan Menteri Luar Negeri Perancis Catherine Colonna, menemukan beberapa “masalah terkait netralitas” di UNRWA, namun menekankan Israel belum memberikan bukti atas tuduhan utamanya.
Penyelidikan internal menemukan sembilan karyawan mungkin terlibat dalam serangan bersenjata pada tanggal 7 Oktober 2023.
UNRWA didirikan pada 1949 setelah konflik Arab-Israel pertama setelah pembentukan Israel pada 1948.
Badan yang mulai beroperasi pada 1 Mei 1950 ini ditugaskan untuk membantu sekitar 750.000 orang Palestina yang telah melarikan diri atau diusir dari rumah mereka selama perang.
Mandatnya telah berulang kali diperpanjang karena tidak adanya solusi bagi para pengungsi Palestina.
Sejak akhir September, Israel telah memperluas fokus perangnya ke Lebanon, di mana mereka meningkatkan kampanye melawan sekutu Hamas, Hizbullah, setelah hampir satu tahun pertempuran lintas batas.
Pada Minggu (3/11/2024), PM Israel Benjamin Netanyahu mengunjungi perbatasan utara dengan Lebanon, di mana ia menegaskan kembali dalam sebuah pertemuan dengan pasukan tujuan perangnya di front utara.
“Saya ingin memperjelas dengan atau tanpa kesepakatan, kunci untuk memulihkan perdamaian dan keamanan di utara adalah pertama dan terutama untuk mendorong Hizbullah kembali ke luar Sungai Litani, kedua untuk menargetkan setiap upaya mempersenjatai diri, dan ketiga untuk merespons dengan tegas setiap tindakan yang diambil terhadap kami,” kata Netanyahu kepada pasukan di perbatasan, sebagaimana diungkap oleh Kantor Perdana Menteri Israel.
Sungai Litani mengalir melintasi Lebanon selatan, dan daerah di sebelah selatannya dalam beberapa dekade terakhir telah mengalami beberapa kali perang dengan Israel.