Ini Kisah Olik, Penjual Koran yang Bertahan di Tengah Sepinya Pembeli
JAKARTA, KOMPAS.com - Di tengah hiruk-pikuk kesibukan di Mampang Prapatan, Olik (51) menjalani hari-harinya sebagai penjual koran, meski dunia media cetak kian sepi peminat.
Ia tetap setia berjualan koran setiap pagi, walau pendapatannya jauh dari cukup untuk menghidupi istri dan dua anaknya.
Olik memulai hari sejak pukul 06.30 WIB, membawa sekitar 50 eksemplar koran dari berbagai media. Namun, sering kali koran yang dibawanya tak habis terjual.
"Kadang-kadang enggak habis gini bawa pulang, dikiloin, dikumpulin. Sekilonya Rp 15.000," ujarnya sambil tersenyum tipis.
Dari koran bekas yang dikumpulkannya, Olik mengandalkan uang tambahan sekadar untuk bertahan.
Pendapatannya kini rata-rata hanya Rp 50.000 per hari, itu pun kalau pembeli koran sedang ramai.
Jumlah ini membuatnya terus mengenang era 1980-an, saat ia bisa membawa pulang Rp 30.000 setiap hari sebagai keuntungan.
“Dulu sih lumayan buat hidup sehari-hari, sekarang jauh banget," ucapnya.
Meski penghasilan semakin sulit, Olik tetap menatap kehidupan dengan sabar dan tabah.
Ketika ditanya apakah tertarik mencari pekerjaan lain, ia mengaku terbuka, meski keterbatasan pendidikan membuat pilihannya terbatas.
"Kalau PPSU kan harus ada ijazah. Kalau enggak pake ijazah enggak diterima. Jadi enggak ada pilihan lain. Harus sabar, harus yakin, gitu aja. Daripada nganggur, ngerepotin orang," tuturnya.
Dengan segala keterbatasan dan kenyataan yang ada, Olik tetap berjuang. Bagi pria yang hanya mengenyam bangku SD ini, berjualan koran adalah pilihan yang tersisa, namun ia tetap menjalaninya dengan tangguh.
"Ya sudah kerja gimana? Saya SD aja kagak tamat. Kalau dulu sih saya kerja serabutan jadi kernet," kenangnya sambil menatap jalanan yang penuh hiruk pikuk.