Insiden Penyerangan di Deli Serdang, Mengapa Aksi Kekerasan Prajurit TNI Berulang?

Insiden Penyerangan di Deli Serdang, Mengapa Aksi Kekerasan Prajurit TNI Berulang?

JAKARTA, KOMPAS.com - Aksi kekerasan terhadap warga sipil yang terjadi di Desa Selamat, Deli Serdang, Sumatera Utara, memunculkan banyak pertanyaan di masyarakat.

Peristiwa penyerangan yang melibatkan puluhan prajurit TNI dan menyebabkan seorang warga tewas menjadi perhatian nasional.

Apa yang mendasari insiden ini? Bagaimana pengawasan internal di tubuh TNI? Berikut ulasan mengenai faktor-faktor yang mungkin berkontribusi dalam insiden ini.

Menurut keterangan yang diperoleh, konflik ini bermula dari cekcok di jalan antara warga dan prajurit TNI dari Armed 2/105 KS pada Jumat, 8 November 2024.

Panglima TNI Jenderal Agus Subiyanto menyampaikan, peristiwa itu dipicu aksi anggota masyarakat setempat yang mengendarai kendaraan bermotor secara ugal-ugalan.

Anggota TNI yang berjaga kemudian menegur warga tersebut. Akan tetapi hal itu malah berujung keributan di antara kedua belah pihak.

Kemudian anggota TNI berjumlah sekitar 33 orang menyerang masyarakat. Alhasil seorang warga bernama Raden Barus yang ketika itu keluar rumah ketika mendengar ada keributan turut menjadi sasaran.

Mendiang wafat dalam perjalanan ke rumah sakit akibat luka-luka penganiayaan.

Banyak pihak menilai masalah ini seharusnya bisa diselesaikan tanpa kekerasan, apalagi hingga menimbulkan korban jiwa.

 

Anggota Komisi I DPR RI dari Fraksi PDI-P, TB Hasanuddin, menyatakan kekhawatirannya terhadap lemahnya pengawasan internal di lingkungan TNI.

Hasanuddin berpendapat para komandan prajurit yang terlibat kekerasan perlu dievaluasi.

"Kalau perlu beri hukuman keras kepada para Komandan Peleton, Komandan Kompi, dan Komandan Batalyon. Karena telah membiarkan atau adanya pembiaran yang dilakukan oleh para prajuritnya," kata Hasanuddin di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (11/11/2024).

Dengan adanya insiden ini, banyak pihak mendesak TNI agar meningkatkan pengawasan dan kontrol pada prajurit yang bertugas di lapangan.

Danpuspom TNI, Mayjen TNI Yusri Nuryanto, menyatakan polisi militer saat ini memeriksa peran masing-masing prajurit yang diamankan.

Langkah ini bertujuan memilah prajurit yang berperan sebagai provokator serta pihak yang terlibat langsung dalam penyerangan.

"Jadi sudah ditangani oleh Pomdam 1 Bukit Barisan," kata Yusri.

Dalam pemeriksaan ini, polisi militer terus menyelidiki tindakan tiap prajurit guna mengidentifikasi siapa pemicu dan pihak yang aktif terlibat.

Dalam insiden ini, pertanyaan besar juga muncul tentang tanggung jawab moral prajurit TNI dalam menjalankan tugas. Hasanuddin mengingatkan bahwa TNI memiliki kewajiban melindungi masyarakat.

"TNI harus selalu mengedepankan pendekatan yang humanis dan profesional dalam menjalankan tugas dan kewajibannya," ujar Hasanuddin.

Sebagai garda pertahanan negara, prajurit TNI dituntut mengemban tugas dengan kedewasaan dan menghormati hak-hak masyarakat.

Kejadian di Deli Serdang memberikan pelajaran berharga bagi institusi TNI. Insiden itu seharusnya mendorong TNI memperkuat pendekatan kemanusiaan pada tiap prajurit yang bertugas.

Langkah ini diharapkan bisa mencegah kejadian serupa. TNI dihadapkan pada tugas yang besar, yakni tidak hanya menjaga keamanan nasional tetapi juga menumbuhkan kepercayaan publik terhadap komitmen mereka sebagai pelindung rakyat.

Insiden di Deli Serdang menjadi peringatan bagi semua pihak, termasuk institusi militer, tentang pentingnya menjaga ketertiban dengan cara yang profesional dan berintegritas.

Sumber