Israel Kembali Gempur Beit Lahiya, 19 Tewas, Kondisi Gaza Utara di Titik Nadir

Israel Kembali Gempur Beit Lahiya, 19 Tewas, Kondisi Gaza Utara di Titik Nadir

GAZA, KOMPAS.com – Israel kembali melancarkan serangan udara di Beit Lahiya, Gaza Utara, pada Selasa (29/10/2024) malam, menewaskan sedikitnya 19 warga Palestina.

Serangan terbaru ini terjadi hanya beberapa jam setelah serangan sebelumnya yang merenggut nyawa 93 orang, termasuk 25 anak-anak, dan mencederai puluhan lainnya.

Militer Israel mengkonfirmasi tengah “menyelidiki” serangan tersebut, sementara Amerika Serikat menyatakan “kekecewaannya” atas serangan mematikan tersebut.

Dilansir Reuters, serangan pada Selasa malam ini menghantam beberapa bangunan milik keluarga Al Louh, kata pihak Pertahanan Sipil Palestina di Gaza.

Sementara itu, organisasi-organisasi internasional, termasuk Kantor Hak Asasi Manusia PBB (OHCHR), menyatakan keterkejutannya atas insiden ini, menyebutnya sebagai salah satu serangan paling mematikan dalam tiga bulan terakhir.

Beit Lahiya, yang telah terkepung selama 26 hari, kini semakin menderita akibat serangan udara dan darat yang intensif.

Militer Israel mengatakan serangan ini bertujuan menghentikan konsolidasi kelompok Hamas di wilayah tersebut.

Namun, ribuan warga sipil dilaporkan masih terjebak tanpa akses ke makanan atau air, sementara puluhan lainnya diyakini tertimbun reruntuhan, sulit dijangkau oleh tim penyelamat akibat blokade yang diperketat.

Video yang diperoleh Al Jazeera memperlihatkan warga Palestina berjuang mengeluarkan korban dari bawah reruntuhan.

Salah satu adegan memilukan menunjukkan seorang pria yang terperangkap di bawah beton dan besi, sementara relawan mencoba menyelamatkannya dengan alat sederhana.

Serangan ini menarik perhatian dunia. Amerika Serikat menyebut serangan itu “mengerikan,” sementara berbagai lembaga kemanusiaan menyoroti dampak serangan terhadap warga sipil di Gaza, yang menghadapi krisis kemanusiaan yang semakin parah.

PBB telah mengirimkan seruan agar bantuan kemanusiaan dapat segera diakses oleh penduduk Gaza yang terjebak.

 

Sumber