Israel Serang RS Kamal Adwan Gaza dengan Tank dan Bom, Lukai Tenaga Medis dan Pasien
GAZA, KOMPAS.com - Para pejabat kesehatan Palestina pada Minggu (8/12/2024) mengatakan, pasukan Israel telah menggempur RS Kamal Adwan di Kota Beit Lahiya, Gaza utara.
Serangan tersebut dilaporkan sampai merusak instalasi listrik, pompa oksigen, dan mengganggu tindakan operasi yang mendesak.
Direktur RS Kamal Adwan, Hussam Abu Safiya, mengatakan rumah sakitnya telah dihantam sekitar 100 peluru tank dan bom, yang melukai beberapa staf medis dan pasien.
“Situasinya sangat berbahaya. Kami memiliki pasien di unit perawatan intensif dan yang lainnya menunggu operasi. Akses ke ruang operasi hanya dapat dilakukan setelah memulihkan pasokan listrik dan oksigen,” kata Abu Safiya dalam sebuah pernyataan, sebagaimana dilansir Reuters.
RS Kamal Adwan adalah salah satu dari tiga rumah sakit yang nyaris tidak beroperasi di tepi utara Gaza.
Abu Safiya mengatakan, rumah sakitnya kini merawat 112 orang yang terluka, termasuk enam orang di unit perawatan intensif.
Reuters melaporkan, Militer Israel menolak untuk segera mengomentari pernyataan Abu Safiya tersebut.
Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas mengatakan, seorang dokter terbunuh bersama keluarganya dalam serangan udara Israel di dekat RS Kamal Adwan pada Sabtu (7/12/2024) malam.
Penduduk mengatakan Militer Israel meledakkan sejumlah rumah di daerah Jabalia, Beit Lahiya dan Beit Hanoun, Gaza utara, tempat pasukan Israel beroperasi sejak Oktober.
Kemudian pada Minggu, serangan udara Israel menewaskan lima orang Palestina di jantung Kota Gaza, sehingga jumlah orang yang tewas dalam serangan militer terpisah di daerah kantong tersebut menjadi 11 orang.
Warga Palestina menyebut, operasi Israel di tepi utara Gaza merupakan bagian dari rencana untuk membersihkan penduduk melalui evakuasi paksa dan pengeboman untuk menciptakan zona penyangga.
Militer Israel menyangkal hal ini, dengan mengatakan bahwa mereka sedang memerangi kelompok Hamas.
Perang di Gaza telah berlangsung selama lebih dari 14 bulan, dengan sebagian besar wilayah Palestina tersebut sudah hancur dan lebih dari 44.000 warga Palestina dilaporkan telah terbunuh.