Israel Serang Suriah, Pemimpin Hayat Tahrir al-Sham Ogah Melawan
Pemimpin de facto Suriah, Ahmad al-Sharaa, mengatakan Israel menggunakan dalih palsu untuk membenarkan serangannya terhadap Suriah. Namun Sharaa mengaku tidak tertarik untuk terlibat dalam konflik baru karena negara tersebut berfokus pada pembangunan kembali setelah berakhirnya pemerintahan Bashar al-Assad.
Kelompok Islam HTS baru saja mendeklarasikan kemenangannya atas perebutan kekuasaan di Suriah. Dilansir Reuters, Minggu (15/12/2024), diketahui, Sharaa atau yang lebih dikenal sebagai Abu Mohammed al-Golani sebagai pemimpin kelompok Hayat Tahrir al-Sham (HTS) yang menyingkirkan Assad dari kekuasaan minggu lalu, mengakhiri pemerintahan tangan besi keluarga tersebut selama lima dekade.
Sejak itu, Israel telah pindah ke zona demiliterisasi di dalam Suriah yang dibuat setelah perang Arab-Israel tahun 1973, termasuk sisi Suriah dari Gunung Hermon yang strategis yang menghadap ke Damaskus, tempat Israel mengambil alih pos militer Suriah yang ditinggalkan.
Israel, yang telah menyatakan bahwa mereka tidak berniat untuk tinggal di sana. Israel menyebut serangan ke wilayah Suriah sebagai tindakan terbatas dan sementara untuk memastikan keamanan perbatasan, juga telah melakukan ratusan serangan terhadap persediaan senjata strategis Suriah.
Beberapa negara Arab, termasuk Arab Saudi, UEA, dan Yordania, mengutuk apa yang mereka sebut sebagai perebutan zona penyangga di Dataran Tinggi Golan oleh Israel.
"Argumen Israel telah menjadi lemah dan tidak lagi membenarkan pelanggaran mereka baru-baru ini. Israel telah dengan jelas melewati batas keterlibatan di Suriah, yang menimbulkan ancaman eskalasi yang tidak beralasan di wilayah tersebut," kata Sharaa dalam sebuah wawancara yang dipublikasikan di situs web Syria TV, saluran yang pro-oposisi.
Sharaa menambahkan, kondisi Suriah yang telah dilanda perang tidak memungkinkan terjadinya konfrontasi baru. Ia menyebut pihaknya tidak tertarik terhadap konflik dan lebih fokus pada pembangunan dan stabilitas kawasan.
"Kondisi Suriah yang lelah karena perang, setelah bertahun-tahun konflik dan perang, tidak memungkinkan terjadinya konfrontasi baru. Prioritas pada tahap ini adalah rekonstruksi dan stabilitas, bukan terseret ke dalam perselisihan yang dapat menyebabkan kehancuran lebih lanjut," imbuhnya.
Ia juga mengatakan solusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk memastikan keamanan dan stabilitas dan bahwa "petualangan militer yang tidak diperhitungkan" tidak diinginkan.
Mengenai Rusia, yang intervensi militernya hampir satu dekade lalu membantu menguntungkan Assad dan yang memberikan suaka kepada pemimpin yang digulingkan awal minggu ini, Sharaa mengatakan bahwa hubungannya dengan Suriah harus melayani kepentingan bersama.
"Tahap saat ini membutuhkan manajemen hubungan internasional yang cermat," tambahnya.
Dilansir AFP, Israel dilaporkan melancarkan lebih dari 60 serangan di wilayah Suriah selama beberapa jam terakhir. Hal itu disampaikan Syrian Observatory for Human Rights yang berbasis di Inggris pada Sabtu malam (14/12).
Dilaporkan, Israel menembakkan 61 rudal ke lokasi militer Suriah dalam waktu kurang dari lima jam Sabtu malam. Serangan itu dilakukan setelah pasukan pemberontak menggulingkan presiden Bashar al-Assad hampir seminggu yang lalu.