Israel Tunda Pemungutan Suara untuk Menyetujui Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza

Israel Tunda Pemungutan Suara untuk Menyetujui Perjanjian Gencatan Senjata di Gaza

TELAVIV, KOMPAS.com - Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, telah menunda pemungutan suara kabinet untuk menyetujui kesepakatan perjanjian gencatan senjata di Gaza. Pemungutan suara itu awalnya dijadwalkan hari Kamis (16/1/2025). Netanyahu menuduh Hamas telah mengupayakan perubahan pada menit-menit terakhir terhadap perjanjian tersebut.

Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken mengatakan, ada "rincian kecil" yang sedang diselesaikan dan dia yakin gencatan senjata akan tetap dimulai pada hari Minggu lusa sesuai yang direncanakan.

Walau para perunding Israel menyetujui kesepakatan itu setelah perundingan selama berbulan-bulan, kesepakatan tersebut tidak dapat dilaksanakan sebelum disetujui kabinet Israel.

Sementara pihak Hamas mengatakan, mereka berkomitmen terhadap perjanjian tersebut. Namun BBC melaporkan, Hamas sedang mencoba untuk menambahkan beberapa anggotanya ke dalam daftar tahanan Palestina yang akan dibebaskan Israel berdasarkan perjanjian tersebut.

Dalam perkembangan terkini, CNN melaporkan pada Jumat ini bahwa kantor Perdana Menteri Israel telah mengonfirmasi, kesepakatan dengan Hamas tercapai untuk membebaskan para sandera yang ditahan di Gaza.

Penundaan sidang kabinet Israel itu terjadi setelah serangan Israel di Gaza, menyusul pengumuman kesepakatan pada Rabu lalu, menewaskan lebih dari 80 orang, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas.

Beberapa jam sebelum pertemuan yang dijadwalkan pada Kamis pagi, Netanyahu menuduh Hamas mencoba "mencari konsesi pada menit-menit terakhir".

Kabinet Israel tidak akan bersidang sebelum Hamas menerima “semua elemen perjanjian,” demikian bunyi pernyataan kantor Netanyahu.

Blinken mengatakan, penundaan seperti itu sudah biasa terjadi dalam sebuah situasi yang "menatang" seperti ini.

“Sama sekali tidak mengherankan bahwa dalam proses dan negosiasi yang penuh tantangan dan ketegangan ini, mungkin Anda akan menemui sejumlah masalah kecil yang belum tuntas,” kata Blinken pada konferensi pers di Washington.

"Kami sedang menyelesaikan masalah ini saat kita berbicara."

Dia mengatakan, AS “yakin” kesepakatan itu akan mulai berlaku pada hari Minggu sesuai rencana, dan gencatan senjata akan terus berlanjut.

 

Media Israel melaporkan, kabinet Israel diperkirakan akan mengadakan pertemuan pada Jumat ini guna menyetujui kesepakatan gencatan senjata dan pertukaran sandera. Sejumlah masalah tersebut diperkirakan telah diselesaikan, meskipun hal itu belum dikonfirmasi secara resmi.

Mayoritas menteri Israel diperkirakan akan mendukung kesepakatan itu. Namun pada Kamis malam, Menteri Keamanan Israel, Itamar Ben-Gvir mengatakan, partainya yang berhaluan kanan akan mundur dari pemerintahan Netanyahu jika kesepakatan itu disetujui.

“Kesepakatan yang sedang dibentuk ini adalah kesepakatan yang sembrono,” kata Ben-Gvir saat konferensi pers. Dia menambahkan, kesepakatan itu akan “menghapus semua pencapaian perang”.

Namun, dia mengatakan partainya, yaitu Partai Otzma Yehudit (Kekuatan Yahudi) tidak akan berusaha menggulingkan pemerintah jika perjanjian tersebut diratifikasi.

Dia mendesak pemimpin partai sayap kanan lainnya di pemerintahan, yaitu Menteri Keuangan Bezalel Smotrich dari Partai Religius Zionis, untuk juga mengundurkan diri.

Ohad Tal, ketua partai tersebut di parlemen Israel, mengatakan kepada BBC Radio 4 bahwa mereka sedang “berdebat” apakah akan meninggalkan pemerintahan Netanyahu karena kesepakatan itu.

Sementara itu, seorang pejabat senior Hamas mengatakan kepada BBC bahwa kelompok itu berkomitmen terhadap perjanjian yang diumumkan oleh para mediator. Ketua delegasi Hamas, Khalil al-Hayya, telah secara resmi memberi tahu Qatar dan Mesir tentang persetujuannya terhadap seluruh ketentuan perjanjian, kata pejabat itu kepada BBC.

Namun koresponden BBC di Gaza, Rushdi Abualouf, mengetahui bahwa Hamas sedang berusaha menambahkan nama satu atau dua anggota simbolis ke dalam daftar tahanan yang akan dibebaskan Israel berdasarkan kesepakatan tersebut.

Pada fase pertama kesepakatan itu, yang berlangsung selama enam minggu, sebanyak 33 sandera Israel - termasuk wanita, anak-anak, dan orang lanjut usia - ditukar dengan sejumlah tahanan Palestina (yang belum diketahui jumlahnya) yang selama ini mendekam di penjara-penjara Israel.

Pasukan Israel juga akan mundur ke arah timur dari pesisir Jalur Gaza, menjauh dari wilayah padat penduduk di Gaza.

Warga Palestina yang mengungsi akan bisa mulai kembali ke rumah-rumah mereka dan ratusan truk bantuan akan diizinkan masuk ke wilayah tersebut setiap hari.

 

Perundingan untuk fase kedua – yang akan mencakup pembebasan sandera yang tersisa, penarikan penuh pasukan Israel dan kembalinya “ketenangan berkelanjutan” – akan dimulai pada hari ke-16 setelah gencantan senjata fase pertama diterapkan.

Fase ketiga atau terakhir akan mencakup pengembalian jenazah sandera yang tersisa dan rekonstruksi Gaza – yang bisa memakan waktu bertahun-tahun.

Serangan udara Israel berlanjut setelah kesepakatan gencatan senjata itu diumumkan Rabu lalu. Setidaknya 12 orang tewas di Kota Gaza.

Serangan dilakukan terhadap 50 sasaran di Gaza sejak pengumuman perjanjian itu, kata Pasukan Pertahanan Israel dan Badan Keamanan Israel dalam sebuah pernyataan.

Perdana Menteri Qatar – yang menengahi perundingan – meminta kepada kedua belah pihak untuk “tenang” sebelum dimulainya fase pertama gencatan senjata itu. 

Israel melancarkan operasi untuk menghancurkan Hamas sebagai respons terhadap serangan lintas batas yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Israel pada 7 Oktober 2023. Serangan Hamas itu menewaskan sekitar 1.200 orang dan 251 lainnya disandera.

Lebih dari 46.788 orang telah terbunuh di Gaza sejak itu. Angka itu berdasarkan data kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di Gaza.

Sebagian besar dari 2,3 juta penduduk Gaza juga telah mengungsi. Daerah itu mengalami kehancuran yang luas karena perang. Penduduknya mengalami kekurangan pagan, bahan bakar, obat-obatan, dan tempat perlindungan, sementara lembaga bantuan kesulitan untuk mengirimkan bantuan kepada mereka yang membutuhkan.

Israel mengatakan, 94 sandera masih ditahan Hamas, 34 di antaranya diperkirakan tewas. Selain itu, ada empat warga Israel yang diculik sebelum perang dan dua orang dari mereka telah tewas.

Sumber