Ita Dibunuh di Kali Cisadane, Keluarga Sempat Cemas karena Korban Tak Kunjung Pulang

Ita Dibunuh di Kali Cisadane, Keluarga Sempat Cemas karena Korban Tak Kunjung Pulang

TANGERANG, KOMPAS.com - Karmini (50), ibu kandung korban yang jenazahnya ditemukan di pinggiran kali Cisadane, menceritakan detik-detik dirinya mendengar kabar anaknya meninggal dunia.

Dia mengatakan bahwa awalnya pihak keluarga sempat melaporkan korban bernama Ita Kartika (22) ke Polsek Jatiuwung sebagai orang hilang pada Senin (2/12/2024).

"Jadi dia itu sudah enggak pulang dari Senin sore, ketika pulang kerja. Biasanya dia itu jam setengah lima sore selalu sudah sampai rumah, tapi ini enggak ada kabar," ujar Karmini kepada Kompas.com di kediamannya, Jalan Rajeg Sepatan, Kecamatan Rajeg, Kabupaten Tangerang, Selasa (10/12/2024).

Dia pun menghubungi ponsel Ita. Saat itu, ponsel Ita masih sempat terhubung, tetapi sekitar pukul 18.00 WIB, kondisi ponselnya sudah di luar jangkauan.

"Kami berusaha buat ngehubungi, ternyata di jam 18.00 WIB sudah enggak bisa dihubungi lagi. Terakhir itu jam 18.00 WIB kurang masih ceklis dua. Begitu jam 18.00 WIB lewat, sudah ceklis satu," kata Karmini.

"Barangkali habis kuota, jadi saya telepon dengan telepon biasa. Pas ditelepon, ternyata di luar jangkauan. Sudah mati handphone-nya," tambah dia.

Merasa khawatir, ayah kandung korban, Amirudin (52), mencoba mencari Ita ke lokasi yang biasa didatanginya. Namun, hasilnya nihil.

Hingga Selasa (3/12/2024) sekitar pukul 02.00 WIB, Ita tak kunjung ditemukan. Bahkan, kabar pun tak ada.

Akhirnya, sang ayah pulang dengan harapan bisa bertemu dengan Ita di tempat kerjanya.

"Itu juga karena saya yang nyuruh bapaknya pulang, terus bilang siapa tahu besok (Selasa) Ita masuk kerja," kata dia.

Sebagai informasi, Ita dan ayahnya merupakan karyawan tetap di salah satu perusahaan yang berada di Simpang Cadas, Kota Tangerang. Ita bekerja di bagian quality control (QC), sedangkan Amirudin yang mengurus honor para pekerja.

Kemudian Selasa pagi, ayah Ita buru-buru pergi ke tempat kerjanya. Dia berangkat lebih awal dari biasanya.

"Biasanya itu dia berangkat jam 06.30 WIB, tapi ini sebelum 06.30 WIB sudah berangkat ke tempat kerja," kata dia.

Di sana, sang ayah menunggu kehadiran anak keduanya di lokasi kerja. Namun hasilnya tetap nihil, hingga pukul 08.00 WIB dia tidak melihat sosok yang dinantikannya itu.

Lalu, teman kerja menyarankan Amirudin melaporkannya ke pihak kepolisian agar bisa dibantu untuk mencarikan anaknya.

"Teman-temannya mendesak buat ke Polsek aja, buat laporan orang hilang. Terserah mau diproses atau enggak, yang penting sudah lapor," kata Karmini.

Di sisi lain, Karmini juga mengaku sangat khawatir terhadap Ita. Dia yang mencoba tegar di depan suaminya itu juga merasakan kecemasan yang amat parah.

Dia pun akhirnya juga berusaha mencari Ita lewat teman sekolahnya saat duduk di bangku SMA.

Di saat Amirudin sibuk mencari Ita di tempat kerjanya, Karmini pun mencoba mencari Ita di rumah temannya yang berada di Perumahan Taman Kota, Kota Tangerang.

Hasilnya pun sama, temannya tidak tahu keberadaan Ita. Bahkan dia meminta nomor telpon temannya Ita untuk memastikan, jawabannya pun sama, tidak ada yang tahu.

Akhirnya Karmini bersama sang suami memutuskan untuk melapor ke Polsek Jatiuwung. Laporannya pun diterima, tetapi belum bisa diproses karena Ita hilang belum 24 jam.

"Saya sama suami saya pulang ke rumah. Nah pas sorenya, saya mau balik lagi ke Polsek Jatiuwung tapi saat itu kondisi cuaca hujan deras sehingga kami tidak bisa balik ke Polsek," kata Karmini.

"Hujannya lama dari jam 12.00 sampai jam 18.00 WIB. Jadi kami hanya bisa menunggu dengan harapan Ita bisa pulang," tambah dia.

Kemudian, pada Rabu (4/12/2024), sekitar pukul 16.00 WIB, Polsek Jatiuwung menghubungi keluarga korban dan mengatakan Ita sudah ditemukan dan meminta pihak keluarga untuk menunggu di Polsek Pakuhaji.

Merasa bahagia karena anaknya ditemukan, Amirudin dan Karmini langsung menuju Polsek Pakuhaji. Namun, di sana, mereka tidak melihat sosok Ita. Mereka malah diminta menunggu di Polsek Pakuhaji.

"Kami berdua datang ke Polsek Pakuhaji dari jam 17.30 WIB dan diminta untuk tidak datang ke TKP (tempat kejadian perkara). Ketika saya dengar kata ‘TKP’, di situ saya sudah pasrah," ucap Karmini.

Polisi sempat meminta persetujuan mereka untuk dilakukan otopsi. Di saat itulah dia menyadari anaknya sudah tiada.

Keduanya menunggu hingga pukul 23.30 WIB. Kemudian, mereka diminta untuk ke Rumah Sakit Umum (RSU) Tangerang untuk melihat kondisi jenazah sekaligus mengurus berkas-berkas pengambilan jenazah.

"Di sana kami diminta untuk mengurus berkas untuk pengambilan jenazah. Paling saya dikasih lihat buat pastiin dan di situ saya sakit sekali melihat kondisi muka anak saya penuh dengan memar," ucap Karmini.

Diketahui sebelumnya, Ita ditemukan tewas oleh dua pemancing, Basri dan Marsan, yang berjalan menyusuri pinggir Kali Cisadane.

"Mereka melihat tubuh dalam posisi telungkup di semak-semak," kata Kapolsek Pakuhaji, AKP Kuswadi, Kamis (5/12/2024).

Keduanya segera melapor kepada Ketua RT setempat, yang kemudian menghubungi polisi. Jenazah dievakuasi dan dibawa ke RSU Tangerang untuk pemeriksaan lebih lanjut.

Di lokasi kejadian, polisi menemukan beberapa barang bukti, termasuk dua pasang sarung tangan, sepasang sepatu, sepotong kayu, kartu ATM, dan uang tunai Rp 2.000.

Polisi menangkap Imam (27) yang merupakan teman kerja korban. Kini ia ditahan di Polres Metro Tangerang Kota bersama sejumlah barang bukti, termasuk motor korban.

Dia dijerat Pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, dan Pasal 365 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan.

Ancaman hukumannya maksimal hukuman mati, seumur hidup, atau 20 tahun penjara.

Sumber